Ahli Sebut Deltacron Belum Terlalu Mengkhawatirkan, Tapi Jangan Dianggap Sepele
Badan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO beberapa waktu yang lalu mengkonfirmasi terkait keberadaan varian re-kombinan yaitu Deltacron.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO beberapa waktu yang lalu mengkonfirmasi terkait keberadaan varian re-kombinan yaitu Deltacron.
Terkait hal ini, Pakar Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman pun memberikan tanggapannya.
Re-kombinan varian ini ternyata ada dan betul terjadi. Tapi untuk nama, Deltacron belum dinyatakan resmi Deltacron.
Di sisi lain dari sifatnya, tidak ada data yang mengkhawatirkan.
Baca juga: Epidemiolog Sebut Varian Deltacron Ancaman di Tengah Upaya Menuju Endemi
"Karena jumlahnya yang kecil. Dan potensi perburukan rekombinan itu, sejauh ini belumlah seperti dikhawatirkan banyak pihak," ungkapnya pada Tribunnews, Selasa (15/3/2022).
Namun ia pun menyampaikan pesan pentingnya bahwa ketika melakukan pelonggaran, terburu-buru dan tidak terukur, bisa memunculkan varian re-kombinan. Dan ini berbahaya.
"Karena berisiko melahirkan sub varian dan varian lain lebih efektif memperburuk keadaan. Misalnya lebih cepat menginfeksi, meningkatkan keparahan dan menurunkan efikasi vaksin," kata Dicky menambahkan.
Selain itu menurut Dicky ada varian lain yang perlu diwaspadai selain Omicron yaitu sub varian BA.2.
Selain itu Dicky menyarankan masyarakat untuk tidak menurunkan kewaspadaan pada varian of concern. Misalnya varian Delta yang masih ada. Apa lagi varian Omicron.
"Kalau tidak akan menempatkan diri sendiri dan masyarakat dalam situasi rawan, virus ini bisa cepet menular dan melahirkan varian lebih merugikan kita," pungkasnya.