Modal Imunitas dan Hasil Survei Serologi Belum Menjamin Aman dari Bahaya Infeksi Covid-19
Pakar Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman menyebutkan jika Omicron sub varian BA.2 bisa tempatkan sebagai virus yang paling diwaspadai.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Whiesa Daniswara
Laporan Wartawan Tribunnews.com - Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman terus mengingatkan dampak Covid-19 meskipun tahun 2022 cakupan vaksinasi global dan nasional jauh lebih baik.
"Memang sudah ada modal imunitas dan tampak dari hasil serologi survei. Tapi perlu diingat, musuh tidak melemah."
"Virus penyebab Covid-19 tidak melemah," ungkapnya pada Tribunnews, Sabtu (26/3/2022).
Bahkan jika melihat dari trend saat ini, Dicky menyebutkan jika Omicron sub varian BA.2 bisa tempatkan sebagai virus yang paling diwaspadai.
Baca juga: Negara Mulai Melunak Hadapi Covid-19, Pakar Epidemiologi Ingatkan Bahaya Lain
Baca juga: Kasus Covid-19 di Lampung Melonjak Dalam 2 Pekan: 2.302 Kasus
Hal ini karena ia infeksius dan paling cepat menular. Dan itu, kata Dicky, hampir serupa dengan campak.
"Di muka bumi saat ini, sub varian BA.2 menujukkan situasi tidak main-main. Dan ingat, kita merespon pandemi ini sebetulnya yang kuat dan relatif maksimal baru satu tahun yaitu sejak 2021," kata Dicky lagi.
Pada tahun sebelumnya, Indonesia kata Dicky cukup berat menghadapi Covid-19.
Baru di tahun 2021 Indonesia memiliki vaksin Covid-19 sebagai strategi.
Selain itu, banyak negara sudah mengenal protokol kesehatan dan kombinasi pembatasan kegiatan.
Baca juga: Sebaran Kasus Aktif Covid-19 Sabtu, 26 Maret 2022: Jawa Barat Tertinggi, Disusul Jawa Tengah
Baca juga: Satgas Covid-19 Siapkan Juknis Perjalanan Mudik Tahun Ini
Namun itu baru satu tahun, dan Dicky menegaskan jika masalah belum selesai.
"Dan ini harus kita sikapi dengan penuh kehati-hatian. Jangan sampai jerih payah 2021 jadi mundur. Bahkan banyak negara melonggar."
"Apa yang terjadi di Eropa dan Cina, sebagian sudah ada yang lockdown. Itu menujukkan belum benar-benar lepas," tegasnya.
Ia pun menyarankan negara untuk jangan terlalu melonggarkan aturan karena berbahaya.
Pemerintah harus tetap memainkan gas dan rem. Tapi memang tidak seketat seperti sebelumnya.
"Tapi kalau benar-benar dilepas ini berbahaya. Jadi sekali lagi dengan adanya pelonggaran silakan. Tidak ada karantina, tes itu bisa."
"Tapi 5M jangan lepas. Masker lepas, pembatasan kapasitas lepas, ini berbahaya," pungkasnya.