Pandemi Belum Berakhir, Komunikasi Risiko Pemerintah Penting untuk Tutup Peluang Perkembangan Virus
Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman mengatakan jika pemerintah harus menyampaikan secara strategi komunikasi.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman mengatakan jika pemerintah harus menyampaikan secara strategi komunikasi.
Bahwa pandemi belum berakhir, berarti ada masalah situasi secara global ya g masih serius.
Ada risiko lahirnya situasi perburukan, serta kemunculan varian baru masih ada.
Baca juga: CDC AS Sempat Rekomendasikan Pakai Masker, Monkeypox Bisa Menular Melalui Udara?
"Entah dari luar, terutama negara Korea Utara, Afrika, atau mungkin dari Cina. Karena cakupan vaksinasi belum memadai. Atau dari negara seperti kita, ini yang harus disampaikan," kata Dicky pada Tribunnews, Rabu (8/6/2022).
Sehingga pelonggaran yang dilakukan itu harus disertai dengan literasi. Agar terbangun kesadaran masyarakat secara mandiri.
Tujuannya untuk melakukan penilaian risiko.
Sehingga masyarakat memahami, misalnya kapan dan dimana bisa membuka masker.
Hal ini harus dibangun sedari dini.
Karena kalau tidak, ketika memberikan peluang sehingga virus menginfeksi, artinya ada peluang virus bermutasi. Dan akhirnya berpotensi melahirkan varian baru.
"Ini kalau disebut harus waspada, harus tetap waspada karena masih pandemi. Jadi bahasa komunikasi yang dibangun harus sesuai strategi komunikasi risiko yang membangun kewaspadaan," tegasnya.
Menurut Dicky, dunia makin rawan dan butuh peran kita agar lebih sehat. Dengan cara menerapkan pola hidup sehat. Misalnya memakai masker, cuci tangan dan kalau sakit di rumah saja.
Baca juga: Epidemiolog Jelaskan Alasan Virus Hendra Lebih Berbahaya daripada Covid-19
Perilaku ini harus dilakukan sedari sekarang. Selain meningkatkan kualitas air, udara, tanah.
Terutama udara, karena penyakit yang ditularkan melalui udara bukan hanya Covid-19.