Pakar Epidemiologi : Penyebaran Covid-19 Ibarat Fenomena Puncak Gunung Es
Kelompok rawan bisa terjadi orang lanjut usia yang belum melakukan booster atau kelompok anak yang berusia di bawah lima tahun yang belum bisad vaksin
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ada beberapa hal yang harus diwaspadai melihat, menyimak adanya trend kenaikan kasus.
Hal ini disampaikan oleh Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman.
Pertama, deteksi dini.
Pengamatan Dicky saat ini hampir di semua wilayah Indonesia strategi testing menjadi pasif dan masyarakat mulai terasa testing tidak seaktif dulu.
Kedua, harus waspada dan memiliki kesadaran jika dalam penyebaran penyakit Covid-19, fenomena puncak gunung es selalu terjadi.
Kemudian juga kita harus waspadai karena covid ini didominasi oleh kasus yang tidak bergejala. Artinya kasus sebenarnya bisa jauh lebih tinggi.
Baca juga: Bukan Endemi, Pakar Epidemiologi Sebut Target Situasi Covid-19 Adalah Terkendali Usai Pandemi
"Namun karena mereka tidak bergejala, karena meningkatnya antibodi atau imunitas baik dari vaksinasi atau infeksi. Kasus masyarakat yang jauh lebih besar, bisa memicu penularan kepada kelompok yang paling rawan di masyarakat," ungkapnya pada Tribunnews, Minggu (12/6/2022).
Kelompok rawan bisa saja pada orang lanjut usia yang belum melakukan booster atau kelompok anak yang berusia di bawah lima tahun karena belum bisa mendapatkan vaksinasi Covid-19 dan masih banyak kelompok rawan lainnya yang belum bisa divaksinasi.
Bisa saja karena menurunnya proteksi di dalam tubuh.
Situasi ini kata Dicky harus ditanggapi serius.
Tanda awal pesan apa yang terjadi di global, bisa terjadi di Indonesia. Fenomena global jadi pembelajaran bahwa imunitas bisa mengalami penurunan.
"Khususnya kalau bicara dua dosis, apa lagi satu dosis. Dan kita juga menyadari kecenderungan bahwa Omicron dan turunannya, menunjukkan tidak melemah," tegas Dicky.
Hal ini ditunjukkan dengan orang yang telah divaksinasi sekalipun tetap bisa terinfeksi dan menularkan kembali pada orang lain meskipun gejala terhitung ringan bahkan tidak ada.
Faktor inilah yang menurut Dicky, imunitas yang terbentuk tiga dosis harus dituju oleh negara.
Imunitas dari tiga dosis ini tampaknya paling memadai saat ini untuk meredam sebaran Omicron dan sub variannya.
"Berbahayanya, cakupan tiga dosisi kita masih sangar rendah. Kelompok rawan kita harus segera dilindungi dengan akselerasi dari tiga dosis. Kita harus tetap menjaga kemampuan deteksi," paparnya lagi.