Menkes Sebut Kenaikan Kasus Covid-19 Bukan Karena Hari Besar Keagamaan, Dipicu Varian Baru
Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan jika perayaan Natal dan tahun baru, beserta hari Raya IdulFitri tahun lalu terjadi kenaikan kasus Covid-19.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan jika perayaan Natal dan tahun baru, beserta hari Raya IdulFitri tahun lalu terjadi kenaikan kasus Covid-19.
Dan menurut pengamatan pemerintah, ini terjadi antara hari ke-27 sampai hari 34.
Baca juga: Menkes Ungkap Kronologi Masuknya Sub Varian Omicron BA.4 dan BA.5 ke Indonesia
Berbeda dengan saat ini, Budi menyebutkan pihaknya mengamati kenaikan kasus baru terjadi hari ke 40.
Lalu, Budi menyebutkan jika pemerintah melihat setiap kali terjadi lonjakan di setiap negara, penyebabnya bukan hari raya keagamaan besar.
"Lebih disebabkan karena adanya varian baru. Jadi kenaikan ini memang dipicu oleh adanya varian baru. Ini juga terjadi sama dengan negara luar Indonesia yang hari raya keagmaannya berbeda dengan kita," ungkapnya pada konferensi pers virtual, Senin (13/6/2022).
Setiap kali varian baru muncul, maka terjadi kenaikan kasus Covid-19.
Di sisi lain Budi menyebutkan jika pemerintah membebaskan tidak memakai masker di luar ruang.
Baca juga: Subvarian BA.4 dan BA.5 Meningkat, Bisa Picu Gelombang Baru Covid-19? Ahli Sebut Faktor Penentunya
Kata Budi, salah satu kriteria transisi pandemi ke endemi yang paling penting adalah kontrol diri.
Protokol kesehatan menjadi suatu kebiasaan masing-masing masyarakat. Bukan sesuatu yang dipaksakan pemerintah.
"Kalau sudah menjadi kebisaan yang disadari masyarakat, itu menjadi saat yang tepat transisi bisa terjadi. Jadi arahannya kita berikan adalah di luar tidak usah memakai masker," papar Budi lagi.
Sedangkan di dalam ruangan tertutup tanpa ventilasi, dan ruangan ber-AC disarankan memakai masker. Lalu jika di luar ruangan ada kerumunan, ada yang batuk, dan merasa tubuh tidak sehat dianjurkan pakai masker.
Baca juga: Perubahan Iklim Sebabkan Penyakit Baru seperti Covid-19
"Keputusan tidak paksa karena ini proses pendidikan juga. Dimana tanggung jawab menjaga kesehatan pribadi. Prokes itu menjadi tanggungjawab masing-masing individu," tutupnya.
Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 Picu Gelombang Baru Covid-19?
Subvarian baru Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia terus meningkat.
Semula dilaporan 4 kasus di Bali pada pekan lalu, kini bertambah menjadi 8, serta 12 kasus sedang dianalisa.
Pakar kesehatan FKUI Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, kondisi ini perlu diwaspadai.
"Jadi dalam beberapa hari sudah menjadi 20 dari 4 orang awalnya, naik 5 kali lipat," kata dia dalam pesan tertulis yang diterima, Selasa (14/6/2022).
Baca juga: Mengenal Varian Omicron BA.4 dan BA.5, Gejalanya hingga Asal Muasal
Lebih lanjut ia mengatakan, subvarian tersebut diperkirakan akan menjadi dominan di Eropa dalam minggu-minggu mendatang.
Adapun peningkatan kasus tergantung pada dua faktor. Pertama, proteksi imunitas.
"Ini tergantung cakupan dan kapan waktu vaksinasi sebelumnya untuk tenaga kesehatan kita sudah di booster lebih dari 6 bulan yang lalu" ungkapnya.
Kedua, gambaran atau landscape dari gelombang yang terjadi sebelumnya.
"Secara umum memang tidak ada bukti ini lebih parah, tetapi harus amat diwaspadai peningkatan hospitalisasi (dan ICU) pada mereka yang berusia di atas 60 atau 65 tahun," ungkap Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara ini.
Sejauh ini, masih dikumpulkan data tentang efektifitas obat monoclonal antibodies (mAb) pada pasien BA.4 dan BA.5.
"Apakah efeknya sedikit menurun atau tetap saja masih diteliti," imbuhnya.
Diketahui, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa atau ECDC
meningkatkan klasifikasi BA.4 and BA.5 dari variants of interest menjadi variants of concern (VOC) pada 12 Mei 2022.
Subvarian ini pertama ditemukan di Afrika Selatan pada January dan February 2022.
BA.4 and BA.5 adalah bagian dari Omicron clade (B.1.1.529).