Studi Baru Mengklaim Telah Menentukan Asal Mula Covid-19, Kemungkinan Dibuat di Laboratorium
Studi yang dilakukan para ilmuwan Jerman dan Amerika menunjukkan bahwa virus yang menyebabkan pandemi virus corona kemungkinan dibuat di laboratorium.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, NORTH CAROLINA - Sebuah studi yang dilakukan para ilmuwan Jerman dan Amerika menunjukkan bahwa virus yang menyebabkan pandemi virus corona (Covid-19) kemungkinan besar dibuat di laboratorium.
Sebuah tim yang terdiri dari tiga peneliti menyimpulkan bahwa Sars-CoV-2 adalah virus yang dimodifikasi secara genetik.
Hal ini disimpulkan setelah membandingkan strukturnya dengan virus 'liar' dan yang berasal dari laboratorium.
Baca juga: Gejala Covid-19 Omicron XBB: Sakit Tenggorokan dan Keluhan Ringan Lainnya
Dikutip dari laman Russia Today, Senin (24/10/2022), Sars-CoV-2 secara harfiah memiliki 'sidik jari' manipulasi genetik, menurut pracetak yang dirilis oleh Valentin Bruttel dari Universitas Wuerzburg Jerman, serta Alex Washburne dari pusat penelitian Selva Analytics yang berbasis di Amerika Serikat (AS) dan Antonius VanDongen dari Duke University AS.
Makalah yang diterbitkan pada minggu lalu itu melaporkan bahwa ketiga ilmuwan itu telah menemukan elemen struktur genetik berulang yang disebut situs restriksi, yang mereka gambarkan sebagai tanda genom virus telah 'dijahit' bersama.
"Untuk membuat virus di laboratorium, peneliti biasanya merekayasa genom virus untuk menambah dan menghapus situs jahitan, yang disebut situs pembatasan. Cara para peneliti memodifikasi situs-situs ini dapat berfungsi sebagai sidik jari perakitan genom in vitro," klaim makalah tersebut, yang belum ditinjau oleh rekan sejawat.
Struktur Sars-CoV-2 merupakan 'anomali pada virus corona liar' namun 'umum pada virus yang dirakit di laboratorium'.
Hasil studi menunjukkan bahwa 'virus ini adalah 99,9 persen tiruan, mungkin dimanipulasi, salinan dari virus alami," kata Bruttel.
Baca juga: Gejala Covid-19 Subvarian Omicron XBB pada Kasus Pertama di Indonesia
Ia mengatakan bahwa selama studi ini dilakukan, dirinya menemukan tanda-tanda manipulasi serupa yang ia lakukan setiap hari untuk membuat obat berbasis protein untuk penyakit autoimun.
Bruttel yang memegang gelar doktor di bidang imunologi dan dianugerahi Penghargaan Inovasi tahun ini di German Biotechnology Days yang merupakan forum nasional industri biotek, menyampaikan bahwa ia telah mengerjakan penelitian tersebut sejak musim panas 2021, saat pertama kali melihat adanya kelainan dalam genom virus.
Kendati demikian, studi ini telah dikritik oleh Ahli Imunologi lainnya, termasuk Kristian Andersen dari Scripps Research Institute di La Jolla, California.
Andersen mencap makalah itu 'omong kosong' yang 'sangat cacat sehingga tidak akan lulus biologi molekuler taman kanak-kanak'.
Ia juga mempresentasikan analisis genom Sars-CoV-2 versinya sendiri dalam serangkaian cuitannya di Twitter.
Sementara itu, Ahli Virologi Jerman Friedemann Weber, yang memimpin Institut Virologi di Universitas Giessen, mengatakan bahwa 'sidik jari' yang ditemukan oleh Bruttel dan rekan-rekannya tidak selalu menunjukkan asal virus buatan.
Karena memungkinkannya manipulasi genetik, bahkan tanpa teknik yang ditunjukkan oleh penelitian.