Pengendalian dan Pencegahan Pandemi Covid-19 Masih Penting
Untuk mendapatkan booster dosis kedua, lansia harus terlebih dulu mengikuti vaksin primer dosis pertama dan kedua serta booster pertama
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyatakan, pandemi Covid-19 telah berakhir di negaranya.
Pernyataan disampaikan di tengah kenyataan bahwa angka kematian akibat Covid-19 masih sangat tinggi di Amerika Serikat.
Sikap Amerika Serikat ini diikuti oleh beberapa negara lain seperti Jerman dan Belanda yang juga turut menyatakan akhir masa pandemi di negara mereka.
Bahkan negara di Asia Tenggara, seperti Vietnam dan Thailand pun mengikuti jejak Amerika Serikat.
Menyatakan bahwa masa pandemi Covid-19 telah berakhir maka segala hal yang berkaitan dengan pembatasan sosial mulai dihilangkan.
Hal ini ternyata justru menimbulkan masalah baru dimana kasus Covid-19 kembali meningkat.
Dilansir dari laman website John Hopkins University, Minggu kedua November 2022 terdapat 19.693.926 kasus baru dan 77.519 kematian akibat Covid-19.
Baca juga: Cerita Bisnis Susi Air Hampir Gulung Tikar Saat Pandemi Covid-19
Hingga saat ini Jerman dan Jepang masih menjadi negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di dunia dengan 1,4 juta kasus dalam waktu 30 hari.
Posisi kedua dipegang oleh Korea Selatan dengan penambahan kasus penularan sebanyak 1 juta pasien dan jumlah kematian bertambah 858 orang.
Berikutnya adalah negara Amerika Serikat yang paling awal menyatakan bebas dari Covid-19.
Amerika Serikat saat tengah menghadapi peningkatan kasus Covid-19 sebanyak lebih dari 1 juta kasus dalam periode sebulan terakhir.
Setelah mengumumkan bahwa wabah Covid-19 telah dinyatakan berakhir, beberapa negara seperti Belanda, Jerman dan Amerika Serikat kembali menata perekonomian yang sempat hancur akibat terjangan wabah.
Namun hingga saat ini tidak ada perubahan yang signifikan terhadap tatanan ekonomi sejak keputusan mengakhiri wabah dibuat, teruatama Belanda yang kini justru mengalami krisis ekonomi yang cukup parah.
Dalam sebuah kesempatan, Dubes Belanda untuk Indonesia H.E Lambert Grijns mengatakan, tingginya inflasi di Belanda memicu terjadinya krisis energi dan pangan sekaligus.