Sefdin Syaifudin A: AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, Jalan Hidupnya Ditempa Bagai Keris
Kenyang akan hidup terang dan redup adalah perjalanan hidupnya. Ya, dialah Ir. H. AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, atau biasa disapa LaNyalla
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sefdin Syaifudin A, pemimpin redaksi kabarbisnis, anggota dewan pakar PWI Jawa Timur membagikan tulisannya mengenai AA LaNyalla Mahmud Mattalitti.
Dari tulisan yang diterima oleh Tribunnews.com, Sabtu (10/04/2021), ia secara mendetail menuliskan pandangannya mengenai AA LaNyalla Mahmud Mattalitti dan menjabarkan secara sekilas perjalanan hidup AA LaNyalla Mahmud Mattalitti.
Kenyang akan hidup terang dan redup adalah perjalanan hidupnya. Ya, dialah Ir. H. AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, atau biasa disapa LaNyalla. Selain dikenal sebagai pengusaha, lelaki kelahiran Jakarta, 10 Mei 1959, namun besar di Surabaya ini juga dikenal sebagai organisatoris.
Kolektor benda pusaka Keris ini memaknai Keris sebagai falsafah hidup. Proses pembentukan keris yang terpadu dari beragam unsur. Dengan campuran batu meteorit dari langit, dan ditempa dengan pukulan dan panas api, adalah gambaran parjalanan hidup manusia menuju tujuan paripurna. “Paling tidak, seperti itulah perjalanan hidup saya,” kenangnya menerawang.
Perjalanan hidup lelaki berdarah Bugis ini memang penuh liku. Bukan saja jalan terjal. Tapi jalan gelap pun ia daki. Perjalanan hidupnya terekam dalam buku biografinya; Hitam-Putih, karya budayawan Sam Abede Pareno. Diluncurkan 2009 silam, pada peringatan 50 tahun usianya saat itu.
Buku yang mengupas perjalanan hidup pengusaha yang pernah dipercaya memimpin organisasi Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Jawa Timur itu sengaja diberi judul; Hitam-Putih. Sebagai pemaknaan hidup seorang LaNyalla yang tegas dalam sikap. Teguh dalam prinsip dan memang tidak pernah di wilayah abu-abu.
“Saya dulu dekat dengan dunia malam. Orang memberi cap saya sebagai orang yang hidup di dunia hitam. Biar saja. Itu kan cap orang atas penglihatan kasat mata mereka. Padahal saya berdakwah di sana. Saya memberi pengaruh. Saya memberi warna. Tetapi biarlah orang menilai apa,” ungkapnya.
Tetapi Alhamdulillah, ketika La Nyalla menginjak usia 40 tahun, dia berhenti dari aktifitas dunia malam. “Setelah berhenti, saya berdakwah dengan cara yang berbeda. Sebagai pengusaha, saya berdakwah dengan harta yang dititipkan Allah kepada saya,” urainya.
Kini, LaNyalla memang dikenal sebagai pengusaha sukses, dan aktifis organisasi yang kemudian memasuki dunia politik, sebagai Ketua DPD RI masa bakti 2019-2024.
Meniti dari Bawah
Di balik kesuksesannya saat ini, LaNyalla sebelumnya harus meniti hidup yang penuh kelok. Pria yang selalu berbicara dengan gaya terbuka dan tegas ini, menapaki karir dengan penuh keringat dan pengorbanan.
LaNyalla muda pernah bekerja serabutan, mulai menjadi sopir angkot Wonokromo-Jembatan Merah Surabaya hingga sopir minibus L-300 Surabaya-Malang.
LaNyalla bahkan sempat menekuni karir sebagai ahli terapi penyakit dengan cara pengobatan alternatif. Sejumlah kalangan masyarakat, dari pedagang kali lima sampai dosen, sempat menjadi pasiennya. Namun, karena tidak mau dicap sebagai dukun, LaNyalla tidak praktik lagi.
“Hidup memang bukan seperti sebentang garis lurus di peta. Tidak ada hidup yang tanpa kelokan. Karena manusia memang selalu dihadapkan pada banyak tantangan. Di mana pun dan kapan pun,” ujar LaNyalla.