Generasi Muda Dukung LaNyalla Jadi Presiden, Akademisi: Milenial Bosan dengan Retorika
Sosok Ketua DPD RI, LaNyalla bisa merepresentasikan kebudayaan Indonesia yang sangat kaya dan beragam.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Nama politisi AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, mulai mendapatkan banyak dukungan untuk menjadi Presiden Indonesia berikutnya. Kemampuan manajerial LaNyalla yang baik serta menghindari banyak retorika, dinilai menjadi keunggulan bagi Ketua DPD RI itu.
Penilaian tersebut disampaikan akademisi asal Surabaya, Prof Dr Sam Abede Pareno. Menurutnya, dukungan bagi LaNyalla untuk maju sebagai calon presiden tahun 2024, sudah menjadi viral di media sosial.
“Saya tertarik untuk mempertanyakan di balik kehendak kaum muda tersebut. Kenapa mereka sudah yakin betul bahwa hanya LaNyalla yang sanggup melanjutkan estafet kepemimpinan nasional dibandingkan nama-nama yang digadang-gadang oleh oligarki partai politik dan kalangan oposisi?” tutur Prof Sam Abede.
Menurutnya, jika berdasarkan filosof Engels, mengenai tesis-antitesis-sintesis, maka sosok LaNyalla adalah calon sintesis dari calon-calon oligarki parpol dan golongan oposisi sebagai tesis dan antitesis.
“LaNyalla punya kemampuan manajerial yang lateral, namun beliau tak pernah mengkritik pemerintah. Bertahun-tahun memimpin Pemuda Pancasila di Jatim, tak pernah sekali pun konflik dengan pemerintah daerah ataupun mengerahkan massanya untuk mendukung gerakan oposisi. Itulah yang menjadikan dirinya sebagai sintesis,” terangnya.
Selain itu, Prof Sam Abede juga menilai para milenial sudah jenuh dengan gaya dan retorika tokoh-tokoh yang ada.
“Sebab, para tokoh yang ada itu kalau tidak membela, ya menghujat habis-habisan. Sementara LaNyalla adalah tokoh yang selalu memberikan solusi pada permasalahan yang ada, terutama yang menyangkut kepentingan daerah,” ulasnya.
Oleh karena itu, ia menilai LaNyalla sudah memiliki modal slogan untuk pencalonannya, yaitu ‘Dari daerah untuk Indonesia’ dan ‘Nyalakan Indonesia’.
Buat Prof Sam Abede, sosok LaNyalla juga bisa merepresentasikan kebudayaan Indonesia yang sangat kaya dan beragam.
“Saya teringat Koentjaraningrat yang mengatakan kebudayaan nasional Indonesia adalah kebudayaan -kebudayaan daerah yang ada di Indonesia. Sedangkan LaNyalla berdarah Bugis-Makassar, namun lahir di Jakarta dan besar di Surabaya. Ayahnya, alm.Mahmud Mattalitti, adalah Kepala Biro Umum di Fakultas Hukum Unair. Kakeknya, alm.Mattalitti, seorang saudagar muslim yang taat di Surabaya. La Nyalla lulusan Fak Teknik Universitas Brawijaya,” tuturnya.
Tidak itu saja, dalam jiwanya bersemi nilai-nilai wirausaha, intelegensia, dan moral yang tinggi. Beliau tegas dan punya rasa percaya diri yang kuat, namun sangat menghormati para kiai, intelektual, dan pejuang moralitas.
“Dengan berbagai latar belakangnya, LaNyalla juga berpeluang diusung oleh partai-partai politik,” katanya.(*)