Berbagai Cara Jemaah Haji Mabit di Mina, Tidur di Tenda Hingga Camping di Bebukitan
Prosesi mabit atau menginap di Mina dan lempar jumrah bisa dikatakan sebagai prosesi paling menguras fisik jemaah haji
Penulis: Husein Sanusi
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Muhammad Husain Sanusi Dari MINA
TRIBUNNEWS.COM, MINA - Prosesi mabit atau menginap di Mina dan lempar jumrah bisa dikatakan sebagai prosesi paling menguras fisik jemaah haji. Selain space Mina yang sempit jarak lokasi lempar jumrah juga jauh dengan tempat jemaah haji nginap.
Sebagaimana diketahui, jemaah haji menginap di tenda-tenda lalu jalan kaki menuju lokasi lempar jumrah berjarak sekitar 7 KM.
Rutinitas ini berlangsung selama tiga hari dan setiap harinya para jemaah bolak-balik dari tenda ke tempat lempar jumrah, 2 kali bagi jemaah yang nafar awal dan 3 kali bagi jemaah yang nafar tsani.
Namun tidak semua jemaah haji melakukan mabit atau menginap di kawasan Mina di tenda-tenda. Banyak juga di antara mereka yang memilih tiduran di sembarang tempat selama masih masuk kawasan Mina karena memang sahnya mabit harus berada di kawasan Mina.
Baca: Baru 24 Tahun & Tulang Punggung Keluarga, 4 Fakta Sosok Briptu Heidar yang Tewas Disandera di Papua
Baca: Kegiatan yang Dilakukan Member BTS Selama Cuti: Jimin Siaran Langsung, RM Jadi Diri Sendiri
Baca: Ibu Mertua Hotman Paris Ulang Tahun, Isi Ruang Tamunya yang Sederhana Jadi Sorotan
Dalam tiga malam terakhir suasana di sekitaran Mina terasa sangat ramai dengan hiruk pikuk jemaah haji hampir menyerupai sebuah event besar. Meski harus jalan kaki jauh, para jemaah terlihat sangat menikmati.
Jemaah dari berbagai negara datang ke Mina dengan membawa perlengkapan menginap menyerupai camping. Ada yang bawa tenda-tenda kecil, karpet dan alas seadanya hanya sekedar untuk nyaman tiduran di Mina.
Jemaah yang memilih tidak tidur di tenda tiduran di emperan-emperan jalan bahkan ada juga yang tidur di bebukitan dan lereng-lereng. Sejatinya aparat keamanan Arab Saudi atau Askar yang menjaga kawasan Mina melarang jemaah haji tiduran di emperan trotoar.
Namun para Askar itu tak mampu menghalau karena banyaknya jemaah haji yang berdatangan. Diusir di satu tempat mereka pindah ke tempat lain begitulah seterusya.
“Harik, harik ya hajj! (Gerak, gerak)” teriakan askar setiap kali melihat jemaah haji berkerumun atau berkumpul di satu titik tertentu.