Mengenal Padang Arafah: Tempat Berkumpulnya Jamaah Haji dari Seluruh Dunia
Saat berada di Arafah jamaah berpakaian ihram (putih tanpa jahitan), menunjukkan sikap rendah diri kepada Tuhannya.
Penulis: Widya Lisfianti
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.COM - Wukuf di Padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah merupakan puncak ritual ibadah haji di tanah suci.
Padang Arafah adalah sebuah padang luas yang tak berpenghuni saat nonmusim haji, tapi menjadi tempat yang paling didatangi dan berarti saat musim haji.
Mengutip laman Kementerian Agama, Arafah adalah lambang "maqam ma`rifah billah" yang memberikan rasa dan citra bahagia.
Padang Arafah adalah tempat berkumpulnya jamaah haji yang datang dari berbagai penjuru dunia.
Padang Arafah saat belum memasuki musim haji ibarat wilayah tak berpenghuni dan tak ada aktivitas.
Di situ tidak ada toko, tidak ada pasar apalagi tempat tinggal tapi yang ada hanyalah sejumlah bangunan yang digunakan jutaan jama'ah dari belahan dunia saat puncak haji.
Baca juga: Ekspresi Jemaah Haji Indonesia saat Lihat Kondisi Tenda di Arafah : Ini Nikmat Allah
Hamparan padang pasir seluas sekitar 5,5 x 3,5 kilometer tersebut juga sangat gersang, sekalipun beberapa lokasi ditumbuhi pepohonan dan ilalang yang tak terurus.
Memang ada beberapa bangunan di situ seperti masjid dan rumah sakit tapi bangunan-bangunan tersebut tertutup rapat saat puncak haji belum berlangsung.
Saat musim panas, suhu di padang itu terasa sangat menyengat badan.
Banyak rumput yang berwarna kuning yang menandakan mati kering.
Arafah yang menjadi sepenting-pentingnya syiar haji diambil dari kata "ta`aruf" yang artinya saling mengenal dan saling mengenal itu adalah menuju saling menolong.
Wukuf di padang Arafah bagi jama'ah calon haji hanya diberi kesempatan waktu sejak tergelincir matahari tanggal 9 Dzulhijjah memiliki arti sangat penting bagi jamaah.
Pada hari Arafah jamaah berbagai belahan dunia berkumpul di satu tempat itu untuk melaksanakan rukun haji yang menentukan sah atau tidaknya ibadah haji.
Saat berada di Arafah jamaah berpakaian ihram (putih tanpa jahitan) dengan melepaskan kebahagiaan dan kebanggaan keduniaan, menunjukkan sikap rendah diri kepada Tuhannya.
Juga pengakuan dosanya dinyatakan kepada Tuhan, permohonan ampun dan segala dosa dipanjatkan kepada Tuhan.
(Tribunnews.com, Widya)