Momen Wukuf di Arafah: Menteri Yaqut Dzikir di Tumpukan Kardus, Jemaah Berdoa di Bawah Pohon Sukarno
Kaya, miskin, pejabat negara, sampai kondektur bus, semua berada di tempat yang sama dan memakai baju yang sama, yakni baju ihram.
Penulis: Aji Bramastra
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, ARAFAH - Berwukuf menjadi puncak atau inti kegiatan ibadah haji.
Wukuf atau berdiam diri di Padang Arafah, sejak bada Dhuhur hingga matahari terbenam, menjadi pembeda antara ibadah haji dan umrah.
Umat Islam percaya, berwukuf di Arafah, merupakan salah satu kesempatan terbaik untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT.
Di Arafah, semua orang tak ada bedanya.
Kaya, miskin, pejabat negara, sampai kondektur bus, semua berada di tempat yang sama dan memakai baju yang sama, yakni baju ihram.
Di Arafah, Jumat (8/7/2022) lalu, Menteri Agama tak berada di tenda VIP penuh AC saat memanjatkan doa.
Tribunnews sempat memotret momen ketika Menag Yaqut berdoa dan berdzikir di luar tenda.
Baca juga: Kemenag: Penjemputan dan Tasyakuran Jemaah Haji jadi Titik Potensial Penyebaran Covid-19
Bersama istrinya, Eny Yaqut Cholil Qoumas, Gus Men, panggilan akrab Yaqut, malah memilih berdoa di tumpukan kardus air mineral.
Yaqut membuat atap seadanya sekedar untuk menahan panas, yakni dengan memasang karpet di atas tumpukan kardus.
Bersama sang istri, Yaqut berdzikir di sana selama 1 jam penuh, tepat setelah melaksanakan salat dhuhur.
Pohon Sukarno
Sementara di tempat lain, jemaah juga tak ragu berdzikir di bawah terik matahari Arafah.
Meski panas, tapi jemaah sangat menikmati momen tersebut.
Salah satunya Saefudin, dari Wonokerto, Pekalongan, Jawa Tengah.
Ia berdoa di bawah terik matahari.
Saefudin mengaku tak merasakan panas saat berdoa.
"Alhamdulillah, selama berdoa kok saya enggak kerasa panas ya," kata Saefudin.
Beberala jemaah lain, memanfaatkan berdoa sambil berteduh di bawah bayangan daun pohon Sukarno.
Pohon Nimba, yang banyak tumbuh di Padang Arafah, disebut juga pohon Sukarno.
Pohon ini punya keunikan tumbuh subur di daerah tandus.
Mengapa bisa disebut pohon Sukarno?
Saat menunaikan ibadah haji tahun 1955, Bung Karno mengusulkan ke Raja Fahd agar Padang Arafah ditanami pohon Nimba.
Usulan ini direspon baik oleh Raja Fahd.
Hingga kini, pohon Nimba menjadi satu-satunya peneduh alami di panasnya Padang Arafah. (*)