Tiga Kloter Terakhir Jemaah Haji Indonesia Pulang ke Tanah Air
Sebanyak 360 jemaah asal Kloter Solo 43, yang merupakan jemaah haji asal Pekalongan, menjadi kloter terakhir yang meninggalkan Arab Saudi.
Penulis: Aji Bramastra
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, MADINAH - Seluruh jemaah haji Indonesia akhirnya telah meninggalkan Tanah Suci, Sabtu (13/8/2022) waktu Arab Saudi.
Sebanyak 360 jemaah asal Kloter Solo 43, yang merupakan jemaah haji asal Pekalongan, menjadi kloter terakhir yang meninggalkan Arab Saudi.
Mereka terbang ke Indonesia dari Bandara AMMA Madinah, menggunakan penerbangan Garuda Indonesia nomor penerbangan GIA 6243 pukul 12.30 WAS.
Baca juga: Akhirnya Berangkat Haji, Meisya Siregar dan Bebi Romeo Alami Serangkaian Kejadian Tak Biasa
Sebelum mereka, ada juga 110 jemaah haji asal kloter Balikpapan 8 dan 360 jemaah asal Kloter Solo 42, yang lebih dulu terbang ke Indonesia.
Mereka berangkat dari Hotel Golden Hayah menuju bandara secara bergelombang dari 12 Agustus pukul 18.50 WAS hingga 13 Agustus pukul 6.30.
Semua jemaah akan diterbangkan dengan pesawat Garuda Indonesia pada 13 Agustus dari pukul 0.50 hingga 12.30 WAS.
Sebelum tiba di Bandara AMMA mereka secara simbolis dilepas oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Agama (Kemenag) Nizar Ali.
Sementara itu, Kepala Kantor Urusan Haji Daerah Kerja Madinah, Amin Handoyo mengungkapkan, masih ada satu jamaah sakit yang penerbangannya akan menyusul karena harus rawat inap.
Jemaah asal Kalimantan Selatan tersebut sedang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah.
Baca juga: Arab Saudi Beri Berita Gembira Soal Kuota Haji, 2023 Bakal Kembali Normal
"Jemaah haji khusus tersebut pun bisa saja dirujuk ke Rumah Sakit Arab Saudi mengingat layanan di KKHI juga tutup pada 13 Agustus," kata Amin, Sabtu (13/8/2022).
Amin menjelaskan, pihaknya sudah mendapat jaminan dari pihak travel yang akan melakukan pendampingan jamaah dari Kalimantan Selatan itu.
Tidak hanya itu, pihak Kantor Urusan Haji (KUH) dari Konsulat Jenderal RI di Jeddah juga akan mendampingi jamaah selama dirawat di RSAS.
Menurut Amin, pemulangan jamaah sakit memang tidak mudah mengingat pasien yang bersangkutan harus dalam kondisi berbaring (lay down).
"Itu akan membutuhkan enam seat (bangku). Pemulangan memang tidak mudah," jelas dia.
Amin menjelaskan, enam bangku itu pun harus menunggu konfirmasi dari pihak maskapai dalam hal ini Garuda Indonesia dan kesiapan dokumen informasi medis (medical information/medif) dari RSAS. (*)