Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Penyakit yang Rentan Dialami Jemaah Haji Lansia di Tanah Suci, Infeksi Paru dan Penurunan Daya Ingat

Kondisi jemaah haji lansia bisa semakin buruk apabila mereka memiliki penyakit kronik.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
zoom-in Penyakit yang Rentan Dialami Jemaah Haji Lansia di Tanah Suci, Infeksi Paru dan Penurunan Daya Ingat
Tribunnews.com/Galih Lintartika
Jemaah lansia dihimbau untuk tidak memaksakan diri untuk pergi ke masjid salat lima waktu berjamaah demi menghemat tenaga saat puncak ibadah haji. Petugas pun melakukan berbagai upaya membujuk kakek dan nenek yang berhaji agar tak mengejar sunah Arbain di Madinah. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Kesehatan ungkap jumlah jemaah haji usia lanjut (lansia) tahun ini lebih banyak dari tahun sebelumnya.

Banyaknya jemaah haji Lansia ini menjadi tantangan tersendiri.

Setidaknya ada dua penyakit yang rentan dialami jamaah lansia di tanah suci. Pertama infeksi paru-paru. 

Hal ini diungkapkan Dokter Spesialis Penyakit Dalam di KKHI Makkah dr. Arfik Setyaningsih Sp.PD 

Gejala infeksi paru pada lansia tidak spesifik berupa batuk karena masalah perubahan imunitas. 

Pada lansia keluhan umumnya dapat diawali dengan penurunan nafsu makan, lemas, kurang energik, tidak mau berinteraksi atau menyendiri.

Baca juga: Jemaah Lansia Ada yang Mengalami Demensia di Makkah, Sebaiknya Jangan Punya Pikiran Berat

Berita Rekomendasi

Selain itu tanda yang kerap muncul adalah sering jatuh, rasa dingin, gangguan kencing, nafas terasa berat, mudah lelah, mendadak lupa bahkan penurunan kesadaran.

"Beberapa pasien Lansia yang kami rawat tidak selalu batuk namun hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, pasien terkena infeksi paru-paru,” ungkap dr Arfik pada keterangannya, Kamis (8/6/2023). 

Selain itu, dr. Arfik juga menyampaikan bahwa penyakit kronis yang sudah diderita jemaah haji dapat memperburuk kondisi Lansia yang mengalami infeksi paru.

Di antaranya seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit paru kronis, penyakit jantung, stroke dan pikun atau demensia .

Penyakit kedua yang kerap dialami jamaah lansia adalah penurunan daya ingat.

Selain infeksi paru, dr. Arfik menjelaskan jemaah haji Lansia sering menderita pikun atau penurunan daya ingat

Kondisi ini yang sering dialami jemaah haji lansia yaitu gelisah, marah-marah hingga mengamuk.

Bisa pula jamaah lansia tersesat, gangguan tidur, ada juga yang menjadi pendiam dan menyendiri, serta kebingungan.

“Selain infeksi paru, banyak ditemui kasus jemaah lansia pikun di Tanah Suci dimana sebelumnya di tanah air tidak mengalami hal ini. Gangguan pikun akut yang dialami jemaah haji, dalam bahasa medis dikenal dengan istilah delirium,” tutur dr. Arfik.

Ada juga kondisi yang sifatnya kronis yang lebih dikenal dengan istilah demensia. 

Biasanya penyakit ini sudah lama diidap pasien namun sering tidak dikenali gejalanya oleh keluarga maupun tenaga kesehatan. 

Perburukan kondisi sering dialami jemaah haji saat sudah tiba di Tanah Suci.

Menurut dr Arfik, kondisi penurunan daya ingat disebabkan karena jemaah lansia mengalami disorientasi atau gangguan penyesuaian 

Situasi ini bisa disebabkan oleh perbedaan cuaca yang ekstrim, suasana pesawat terbang, hotel, masjid dan lingkungan di Tanah Suci.

Hingga, bisa dari orang sekitar seperti tidak adanya pendampingan dari keluarga, gagal adaptasi dengan rombongan kloter.

Selain itu terdapat penyebab lain seperti kondisi dehidrasi, gangguan elektrolit, infeksi, gangguan atau kekurangan nutrisi, hingga penyakit kronis yang tidak terkontrol secara baik.

Banyaknya konsumsi obat yang tidak tepat indikasinya dan gangguan penglihatan dan pendengaran bisa jadi pencetus.

Lebih lanjut, dr. Arfik menekankan jemaah usia lanjut yang mulai pikun harus ada monitoring sendiri. 

Jamaah haji lansia dengan penurunan daya ingat dan memiliki penyakit penyerta perlu pendampingan yang lebih ketat. 

“Jemaah haji lansia yang mulai mengalami penurunan daya ingat, penting untuk selalu didampingi dan dimonitor tersendiri terkait kondisinya serta pemeriksaan dokter ahli,” tutur dr. Arfik.

Selain itu, jamaah lansia perlu pula bersosialisasi dan sering diajak bicara agar dapat merangsang stimulasi kognitifnya. 

Jemaah haji lansia ini juga perlu menghindari faktor pemicu karena penurunan daya ingat dapat timbul kembali.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas