Jemaah Haji Diminta Mewaspadai Heat Stroke saat Melaksanakan Salat Jumat di Tanah Suci
Salat Jumat sebagai kegiatan ibadah yang istimewa, terutama saat berada di Tanah Suci. Namun jaga kesehatan, karena rawan heat stroke.
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan TribunJabar.id, Muhamad Syarif Abdussalam
TRIBUNNEWS.COM, MADINAH - Setiap muslim, terutama para jemaah haji, tentunya sangat ingin melaksanakan salat Jumat di Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah.
Namun, di tengah kondisi cuaca panas di Tanah Suci saat ini yang berpotensi mengganggu kesehatan, diperlukan upaya agar jemaah haji dapat menjalankan ibadah dengan nyaman dan aman.
Baca juga: Respon Kemenag soal Viral Jemaah Haji Kloter 14 Asal Makassar yang Terlantar di Madinah
Petugas Haji Daerah Provinsi Jawa Barat Bidang Kesehatan dari Kloter 58, dr Dimas Erlangga Luftimas, mengungkapkan pentingnya menjaga kesehatan jemaah saat melaksanakan ibadah haji, terutama dengan suhu cuaca yang mencapai 40 derajat Celcius atau lebih di Arab Saudi.
Dokter Dimas mempertimbangkan pentingnya salat Jumat sebagai kegiatan ibadah yang istimewa, terutama saat berada di Tanah Suci.
Banyak jemaah yang tidak ingin melewatkan kesempatan istimewa ini untuk mendapatkan pahala sebanyak mungkin.
Baca juga: Sektor Khusus Masjid Nabawi Prioritaskan Jemaah Haji Lansia dan Disabilitas Agar Bisa Masuk Raudhah
Namun, dia menekankan bahwa jemaah harus memperhatikan kondisi lingkungan yang mungkin mereka hadapi saat melaksanakan ibadah.
Salah satu risiko yang dapat terjadi akibat paparan panas yang tinggi adalah heat stroke atau serangan panas.
Heat stroke dapat menimbulkan berbagai gejala, seperti kebingungan, pusing, kejang, bahkan berujung pada kematian.
"Langkah yang harus diambil adalah menghindari sumber panas sebisa mungkin. Saat melaksanakan salat Jumat, penting untuk mencari tempat yang teduh dan tidak terpapar sinar matahari langsung. Idealnya, carilah tempat yang memiliki pengaturan udara seperti AC," kata dr Dimas, Jumat (9/6/2023).
Selain itu, jemaah juga disarankan untuk datang lebih awal ke masjid agar tidak kehabisan tempat di dalam ruangan.
Dengan demikian, mereka tidak perlu berada di halaman masjid yang terbuka.
Upaya lain yang dapat dilakukan adalah menggunakan penutup kepala, seperti topi, kopiah, atau sorban.
Dokter Dimas menyarankan agar penutup kepala tersebut dibasahi terlebih dahulu, terutama bagi orang Indonesia yang tidak terbiasa dengan suhu panas yang ekstrem.