Air Mata dan Senyuman, Para Jemaah Ucapkan Selamat Tinggal Setelah Jalani Ibadah Haji
jemaah pun mengucapkan selamat tinggal karena mereka harus kembali ke Makkah dan memulai perjalanan pulang ke negara asal.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MINA - Setelah berakhirnya ritual tiga hari Rami Al-Jamarat yang juga dikenal sebagai Rajam Iblis, jemaah pun mengucapkan selamat tinggal karena mereka harus kembali ke Makkah dan memulai perjalanan pulang ke negara asal.
Dikutip dari laman Arab News, Senin (3/7/2023), selama Tawaf perpisahan di Masjidil Haram di Makkah pada Jumat lalu, wajah para jemaah ini menunjukkan perpaduan kegembiraan dan kesedihan.
Baca juga: Pemulangan Jemaah Haji ke Tanah Air Akan Dilepas Menag, Ketua Sektor III Makkah Lakukan Persiapan
Mereka gembira karena berhasil menyelesaikan ibadah Haji, namun sedikit menunjukkan kesedihan karena harus mengucapkan selamat tinggal kepada 'tempat suci' itu.
Sebagian besar jemaah yang awalnya tiba di Makkah telah menuju Madinah untuk salat di Masjid Nabawi dan menjelajahi tempat-tempat penting bagi umat Islam.
Sedangkan jemaah Haji lainnya yang lebih dulu tiba di Madinah akan memulai perjalanan kembali ke negara masing-masing.
Baca juga: Pimpinan DPR Minta Pelaksanaan Ibadah Haji Dievaluasi: Kedepan Harus Lebih Profesional
Perlu diketahui, setiap muslim wajib menunaikan ibadah Haji sekali seumur hidup jika mampu secara fisik maupun finansial.
Tahun ini, lebih dari 1,8 juta Muslim dari seluruh dunia melakukan perjalanan ke kota suci Makkah untuk menunaikan ibadah Haji yang merupakan salah satu dari lima rukun Islam.
Ibadah Haji berlangsung selama lima hari dan secara resmi dimulai pada 8 Zulhijjah, sesaat setelah salat Subuh yang dilakukan di Makkah.
Para jemaah kemudian melakukan perjalanan ke kota tenda Mina, yang memiliki jarak sekitar 8 kilometer (km).
Mereka menghabiskan waktu siang dan malam untuk berdoa di Mina, membaca ayat-ayat Al-Quran dan memuji Allah SWT.
Setelah itu, mereka menuju ke Arafah kemudian ke Muzdalifah.
Jemaah tinggal di dataran gurun Arafah, berdoa dan bertaubat hingga setelah matahari terbenam pada hari yang sama.
Baca juga: Pimpinan DPR Minta Pelaksanaan Ibadah Haji Dievaluasi: Kedepan Harus Lebih Profesional
Mereka kemudian menuju ke Muzdalifah, sebuah lembah yang terletak antara Mina dan Bukit Arafat, tempat mereka bermalam di tempat terbuka.
Para jemaah juga mengumpulkan kerikil kecil untuk digunakan dalam ritual khusus 'lempar jumrah' keesokan harinya di Jamarat.
Bagi banyak jemaah Haji, terutama yang baru pertama kali menunaikan ibadah Haji, perjalanan lima hari tersebut merupakan pengalaman tak terlupakan yang meninggalkan kesan mendalam.
"Awalnya, agak emosional bagi saya untuk melihat Kabah untuk pertama kalinya. Dan ketika kami melakukan Tawaf, itu sangat emosional. Tapi kemudian saya benar-benar santai dan merasa seperti pertemuan keluarga, kami merasa telah mencapai hal besar ini bersama-sama, saya merasa lega, saya merasa semua stres yang membebani saya selama bertahun-tahun hilang seketika, saya merasa segar kembali dalam banyak hal," kata jemaah dari Bosnia, Adnan Mahmotavic.
Seorang jemaah dari Malaysia, Hamidah Sadiq turut berbagi pengalaman emosionalnya, air matanya tampak berlinang saat dirinya menggambarkan bagaimana perjalanannya yang luar biasa akan selamanya terukir dalam ingatannya.
"Tidak ada kata-kata untuk menggambarkan kebahagiaan saya bsia datang ke sini untuk ibadah Haji. Saya tidak bisa menggambarkan perasaan saya, saya sangat senang. Di Malaysia, kami mengatakan 'itu semua kehendak Tuhan.' Dan kami tetap bersabar, berharap Haji kami diterima," kata Sadiq.
Saat air mata memenuhi mata dan senyum menghiasi wajah mereka, perjalanan para jemaah ini telah mencapai kesimpulannya 'dengan tirai ditutup' hingga tahun berikutnya.