Kisah Romantis Pasutri Pemulung Antar Berhaji, Tak Menyerah Diremehkan sampai Allah Mudahkan Berhaji
Kerap diremehkan lingkungan sekitar dan keluarga menjadi jalan bagi Khumaidi dan Siti Fatimah ke berhaji. kuti kisah romantisme mereka di Tanah Suci.
Penulis: Anita K Wardhani
“Sangat terharu, sebelumnya lihat Ka’bah di TV sama poster, ini bisa lihat langsung, ndredeg (gemetar), nangis, Gusti Allah kulo sampeyan paringi koyo ngeten (Ya Allah, saya diberikan seperti ini),” ungkapnya mensyukuri nikmat bisa memenuhi panggilan Allah.
Ia pun sempat memanjatkan syukur, “Kulo dateng panjenengan, niki amanah sampean, (saya datang padamu ya Allah, untuk memenuhi amanah panggilan-Mu-red).” Keduanya memanjatkan doa agar anaknya bisa berkunjung ke baitullah dan segera punya cucu.
Jalan Berliku ke Tanah Suci, Dari Diremehkan hingga Allah Beri Jalan ke Tanah Suci
Meski sedih diremehkan karena kondisi ekonominya, namun semangat pasutri yang kesehariannya sebagai pemulung ini pun tak lelah bekerja demi melipur sakit hatinya.
Bermula saat uang yang dikumpulkannya dari hasil membuat batu bata merah dan barang-barang bekas akan diinvestasikan membeli tanah.
Alih-alih mendapatkan sebidang tanah untuk dibangun rumah, warga desa Karangdieng Kecamatan Kutorejo Kabupaten Mojokerto ini justru mendapat penolakan dari si pemilik tanah yang masih terbilang keluarga ini.
Uang 10 juta yang seharusnya untuk membeli tanah itu tak diterima oleh si penjual tanah.
Sakit hati dirasakan Khumaidi dan Fatimah.
Tak ingin berlama-lama larut dalam kesedihan. Siti Fatimah ingin melipur lara dengan memanfaatkan uang ini untuk mendaftarkan haji.
“Waktu yang jual tanah mengembalikan uang saya sedih. Iki duite nggo opo ya (ini uang buat apa), ya wis dinggo seneng-seneng wae (ya sudha buat senang-senang saja) daftar haji,” ungkap Siti Fatimah.
Tekad Khumaidi dan Fatimah berkunjung ke Baitullah kiat kuat, keduanya pun bekerja keras agar bisa menutupi biaya talangan haji yang sudah disetorkan sejak tahun 2013.
Dua tahun sejak membayar talangan, Khumaidi berhasil melunasi. Baik itu setoran haji awal maupun pelunasan dana talangan.
Tiada lelah pasangan ini selalu berdua bahu membahu membangun mimpi berkunjung ke rumah Allah di Tanah Suci, menunaikan rukun Islam kelima.
Khumaidi dan Siti Fatimah hanya berbekal keyakinan, dalam doanya berbalur tangisan, akan ada hari bahagia yang dijalaninya setelah diremehkan oleh orang-orang terdekat, baik keluarga maupun lingkungan sekitarnya,
Setiap hari kedunya sempat mencari nafkah dengan membuat batu bata merah, terhitung sejak keduanya menikah di tahun 1999. Daerahnya memang dikenal sebagai kawasan pembuat batu bata merah.