Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kemenag Ingatkan Ibadah Haji Tidak Sah Bila Jemaah Tinggalkan Rukun Haji

Rukun haji adalah rangkaian amalan yang harus dilakukan dalam ibadah haji dan tidak dapat diganti dengan amalan lain, walaupun dengan dam.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Kemenag Ingatkan Ibadah Haji Tidak Sah Bila Jemaah Tinggalkan Rukun Haji
AFP/ABDEL GHANI BASHIR
Jemaat Muslim berjalan di antara perbukitan Marwa dan Safa di Masjidil Haram di kota suci Mekah, Arab Saudi pada 4 Juni 2024 menjelang ibadah haji tahunan. Anggota Media Center Kementerian Agama Widi Dwinanda mengingatkan agar jemaah Indonesia menjalani seluruh rukun haji. 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Media Center Kementerian Agama Widi Dwinanda mengingatkan agar jemaah Indonesia menjalani seluruh rukun haji.

Rukun haji adalah rangkaian amalan yang harus dilakukan dalam ibadah haji dan tidak dapat diganti dengan amalan lain, walaupun dengan dam.

Baca juga: BPKH: Biaya Haji Melonjak Tajam Sejak Covid-19

Widi mengatakan jika rukun ini ditinggalkan, ibadah haji seseorang tidak sah.

“Jemaah perlu memiliki pemahaman yang baik tentang syarat, rukun, dan wajib haji, agar ibadah haji yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan syariat,” kata Widi dalam keterangan resmi, Selasa (11/06/2024).

Rukun haji tersebut adalah, Ihram (niat),  wukuf di Arafah, tawaf Ifadah, Sa’i, Cukur (Tahallul) dan tertib.

Baca juga: Kenaikan Biaya Haji Berpotensi akan Menghabiskan Dana Cadangan yang Dikelola BPKH

Widi mengatakan diperlukan syarat, rukun, dan wajib haji bagi seorang muslim yang akan menjalankan ibadah haji.

Berita Rekomendasi

“Seseorang yang akan menunaikan ibadah haji harus memenuhi syarat yaitu Islam, telah Baligh (dewasa), Aqil (berakal sehat), Merdeka (bukan hamba sahaya), dan Istita’ah (mampu),” kata Widi.

Istita’ah, adalah kondisi seseorang mampu melaksanakan ibadah haji ditinjau dari segi jasmani, rohani, ekonomi, keamanan.

Secara jasmani, jemaah harus sehat, kuat, dan sanggup secara fisik melaksanakan ibadah haji.

Dari segi rohani, jemaah mengetahui dan memahami manasik haji, lalu berakal sehat dan memiliki kesiapan mental untuk melaksanakan ibadah haji dengan perjalanan yang jauh.

“Secara ekonomi, jemaah haji mampu membayar biaya perjalanan ibadah haji (Bipih) yang ditentukan oleh pemerintah dan berasal dari usaha/ harta yang halal,” jelasnya.

"Biaya haji yang dibayarkan bukan berasal dari satu-satunya sumber kehidupan yang apabila sumber kehidupan itu dijual terjadi kemudaratan bagi diri dan keluarganya, dan memiliki biaya hidup bagi keluarga yang ditinggalkan," tambahnya.

Sementara dari segi keamanan, adalah aman dalam perjalanan dan pelaksanaan ibadah haji.

Aman bagi keluarga dan harta benda serta tugas dan tanggung jawab yang ditinggalkan, dan tidak terhalang, misalnya mendapat kesempatan atau izin perjalanan haji termasuk mendapatkan kuota tahun berjalan, atau tidak mengalami pencekalan.

Baca juga: Operasional Bus Shalawat Berhenti Sementara Mulai 11 Juni 2024, Persiapan Pelayanan Puncak Haji

“Sementara wajib haji adalah rangkaian amalan yang harus dikerjakan dalam ibadah haji yang bila salah satu amalan itu tidak dikerjakan ibadah haji seseorang tetap sah, tapi dia harus membayar dam,” tuturnya.

Wajib haji tersebut yaitu Ihram, yakni niat berhaji dari miqat, mabit di Muzdalifah, mabit di Mina, melontar jumrah Ula, Wusta dan Aqabah, dan tawaf Wada (bagi yang akan meninggalkan Makkah).

“Jika seseorang sengaja meninggalkan salah satu rangkaian amalan itu tanpa adanya uzur syar’i, ia berdosa,” pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas