Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Abe Jadi PM Jepang Baru, Tapi Jepang Tetap Lemah?

News analysis Richard Susilo, koresponden Tribunnews.com

Editor: Dahlan Dahi
zoom-in Abe Jadi PM Jepang Baru, Tapi Jepang Tetap Lemah?
IST
Mendikbud Mohammad Nuh dan koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo, di Tokyo, Jepang, Jumat (16/11/2012). 

Oleh

Richard Susilo,

Koresponden Tribunnews.com di Tokyo, Jepang *)

 

PERDANA Menteri Jepang yang baru setelah pemilihan umum (pemilu) 16 Desember ini dipastikan Shinzo Abe, kedua kali menjadi PM Jepang setelah 26 September 2007 mengundurkan diri karena faktor kesehatannya. Apakah dengan Abe menjadi PM Jepang baru keadaan Jepang berubah total dibandingkan sekarang?

 

 

Kita mulai lihat dari struktur majelis rendah sebanyak 480 orang.  Dengan perpecahan luar biasa di tubuh partai Demokrat (DPJ) yang dipimpin Yoshihiko Noda, kini tidak ada satu pun partai yang dapat menduduki kursi mayoritas. Jumlah anggota partai liberal (DPJ) yang dipimpin Abe saat ini di majelis rendah juga hanya 119 orang per data 30 Agustus 2009 saat pemilu majelis rendah sebelumnya. Artinya, semua partai harus berkoalisi, untuk bisa menjadi penguasa negeri Sakura ini, menguasai sedikitnya 241 kursi di majelis rendah. 

 

Hasil survei Nikkei bersama TV Tokyo 28 November menunjukkan dukungan masyarakat terbesar memang kepada LDP saat ini (23%) sedangkan kepada DPJ hanya 13% dan dukungan kedua terbesar, 15% kepada partai Restorasi yang dipimpin Walikota Osaka, Toru Hashimoto dan dukungan 11% kepada mantan Gubernur Tokyo, Shintaro Ishihara dengan partai Matarahi Terbit (segera bergabung dengan partai Restorasi).

Sedangkan dukungan untuk PM Jepang yang baru terbesar kepada Abe (34%) dan Noda (25%).

 

Dukungan di angka 34% sebenarnya masih lemah dibandingkan dukungan kepada mantan PM Jepang Junichiro Koizumi saat menjadi PM Jepang dengan dukungan 40% lebih, sangat hebat memang.

 

“Jepang tidak punya pemimpin politik saat ini. Kini bukan jamannya pemimpin karismatik atau pemimpin yang disenangi banyak orang, tetapi Jepang butuh pemimpin yang profesional untuk bisa mengubah negara ini dengan baik,” papar Seiichiro Yonekura, 59, professor Universitas Hitotsubashi.

 

Komentar Yonekura memang ada benarnya karena masyarakat Jepang saat ini sedang diterpa angin yang tidak jelas karena tidak ada pemimpin yang bisa dibanggakan, tidak ada pemimpin yang bisa mengubah drastis Jepang saat ini, seperti harapan Ketua Keidanren, Hiromasa Yonekura, “Jepang di masa mendatang harus bisa dipimpin oleh orang yang bisa memperlihatkan dengan jelas dan nyata bahwa dia bisa mengubah Jepang dengan cepat dan baik.”

 

Pada perdebatan antar calon pemimpin partai tanggal 29 dan 30 November lalu, kelihatan sekali perbedaan berbagai pandangan kebijaksanaan partai yang menyulitkan untuk kerjasama erat satu dengan lainnnya. Beberapa isu utama menjadi pembicaraan para pemimpin partai yaitu mengenai TPP (Trans-Pacific Strategic Economic Partnership Agreement), mengenai penghentian pembangkit nuklir, mengenai perkuatan pasukan bela diri Jepang (SDF) yang mengarah ke perubahan UUD Jepang, serta persoalan perekonomian berfokus kepada upaya penanganan yendaka.

 

Ajakan Noda ternyata ditolak mentah-mentah oleh Abe yang mengatakan tidak akan mungkin kerjasama bersama DPJ yang notabena didukung penuh oleh kalangan pekerja, terutama kalangan Persatuan Buruh dan para eksekutifnya. Sedangkan LDP memang pada hakekatnya merupakan partai yang banyak mendatang dukungan bahkan sangat kuat di dukungan kalangan industriawan dan juga para pengusaha Jepang. Di samping juga kalangan petani Jepang.

 

Itulah sebabnya masalah TPP menjadi sangat rawan dan kurang disenangi kalangan LDP, kalau tak mau dikatakan , menentang keinginan DPJ, khususnya Noda, agar Jepang bergabung dengan TPP.

 

Banyak anggota masyarakat Jepang khususnya dari kalangan petani dan masyarakat Hokkaido jelas-jelas sangat menentang partisipasi Jepang ke dalam TPP.

 

Dipastikan LDP tak akan berpasangan dengan DPJ saat ini. Tapi yang pasti LDP akan berpasangan dengan partai Komeito, seperti diungkapkan Abe pada beberapa tempat umum.

 

Saat ini sempalan dari DPJ banyak bergabung ke dalam dua partai baru yaitu partai Restorasi dan partai Masa Depan yang kata pemimpinnya, Yukiko Kada, mengharapkan dapat memiliki 100 anggota majelis rendah setelah pemilu 16 Desember. Sedangkan partai Restorasi berharap dapat memiliki 160 anggota majelis rendah di parlemen nanti.

 

Menjadi pertanyaan, LDP dan Komeito akan berhasil menggandeng partai mana lagi setelah pemilu nanti?

 

Kada sendiri merasa kurang senang dengan Abe karena Abe dianggap tetap mendukung pembangkit nuklir, walaupun Abe hanya mengatakan, “Sebagai pemimpin seharusnya sangatlah berhati-hati dalam memutuskan soal penyetopan pembangkit nuklir.” PM Jepang Noda sudah memutuskan tahun 2030 semua operasi pembangkit nuklir distop.

 

Keputusan tersebut jelas mayoritas ditentang para industriawan dan pengusaha Jepang. Sedangkan Kada bukan hanya mendukung keputusan Noda, lebih dari itu meminta dipercepat kalau bisa 2022 semua operasi pembangkit nuklir distop. Komentar ini jelas banyak “ditertawakan” berbagai pihak di Jepang karena dianggap asal bunyi, tidak realistis.

 

Melihat hal tersebut jelaslah LDP sulit berkoalisi dengan partai Masa Depan yang juga mendapat dukungan penuh dari Ichiro Ozawa, pendiri DPJ yang justru mental dari partai yang didirikannya itu, dan mendirikan partai baru serta bergabung dengan partai Kada tersebut saat ini.

 

Lalu bagaimana dengan partai Restorasi? Di dalam partai tersebut ada Ishihara yang baru saja menggabungkan partainya dnegan partai Restorasi dan Ishihara menjadi pemimpin partai baru ini.

 

Ishihara dengan tegas mengatakan mau bergabung dengan LDP kalau tidak ada Komeito di koalisi pemerintahan. Ini berarti kesulitan bagi LDP untuk menarik partai Restorasi sebagai koalisi pemerintah.

 

Arti dari semua uraian di atas, saat ini, “perjodohan” memang sangat sulit untuk bisa membentuk satu jumlah mayoritas di majelis rendah. Kunci dari semuanya adalah hasil pemilu 16 Desember nanti yang diperkirakan LDP akan berhasil mengantongi banyak anggota majelis rendah minimal 241 orang agar bisa mayoritas tak tergantung kepada partai mana pun.

 

Bukan tak mungkin impian itu terjadi karena citra LDP cukup baik saat ini dan citra DPJ jatuh sekali. Salah satu hal penyebab karena Abe bisa meningkatkan rasa nasionalisme masyarakat Jepang lewat rencana lebih mengaktifkan SDF nya dan kemungkinan mengubah UUD Jepang khususnya mengenai pertahanan diri. Hal ini dilakukan Abe setelah melihat masyarakat Jepang kaget melihat huru-hara anti Jepang hebat sekali terjadi di Cina bulan September, lalu gara-gara sengketa pulau Senkaku. Hal itu kini malah meningkatkan semangat nasionalisame masyarakat Jepang untuk membela negaranya dari ancaman negara luar.

 

Di bidang finansial dan ekonomi, apakah Abe dapat mewujudkan banyak harapan pengusaha agar yendaka dapat diantisipasi segera, perdagangan saham di pasar modal semakin meriah lagi,   pengurangan jumlah hutang negara, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat bisa ditingkatkan? Semua masih tandatanya karena belum tahu siapa rekanan LDP selain Komeito nantinya.

 

Tebaran impian dan harapan saat ini banyak dilontarkan Hashimoto, pimpinan partai Restorasi yang lagi naik daun di Jepang. Tetapi masyarakat Jepang bukan orang bodoh. Umumnya masyarakat sudah sadar bahwa kata-kata tersebut memang bagus dan indah, tetapi apakah dalam pelaksanaan bisa dijalankan dengan baik semua janji itu?

 

 

Seperti kata-kata yang pernah disampaian kepada penulis oleh seorang mantan PM Jepang, Morihiro Hosokawa, “Sebelum saya menjadi PM Jepang, banyak hal yang mau saya lakukan untuk mengubah Jepang. Ternyata setelah menjadi PM Jepang, terbentur banyak hal, termasuk protokoler, sulit untuk melakukan sana-sini sesuai yang saya inginkan dulu.”

 

Sudah waktunya Jepang berani mengubah dirinya secara keseluruhan, bukan hanya di dalam negerinya sendiri saja, tetapi juga dalam hubungannya dengan pihak internasional, melihat secara realistis apa yang terjadi saat ini.

 

 

Apabila LDP mendapat kursi mayoritas, melihat berbagai pandangan kebijaksanaan dari banyak partai terhadap LDP, tampaknya Jepang masih tetap akan lemah, tak akan banyak berubah, kecuali rasa nasionalisme yang akan semakin kuat mungkin. 

 

*) Mantan wartawan Bisnis indonesia dan Kompas serta Koordinator Forum Ekonomi Jepang-Indonesia (JIEF), menetap di Tokyo lebih dari 20 tahun.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas