Tangis Pilu Barack Obama
menghentikan tragedi-tragedi akibat pemakaian senjata di AS.
Editor: Rachmat Hidayat
Vance menjelaskan, hampir tidak ada korban cedera yang tidak tewas. Hal itu menunjukkan bahwa begitu korban menjadi sasaran, nyaris tak ada kesempatan untuk melarikan diri, dan bahwa Lanza luar biasa akurat atau metodis dalam menembak.
Vance mengatakan, hanya satu orang yang mengalami cedera dan selamat. Pembunuhan massal itu, yang dimulai sekitar pukul 09.30 waktu setempat, berlangsung di salah satu bagian dari sekolah, di dua ruangan. Menurut Vance, hal itu menunjukkan bahwa para korban yang merupakan anak-anak itu terjebak dan ditembak mati.
Lanza membawa sebuah senapan dan dua pistol saat memasuki sekolah dasar itu. Para saksi mata mengatakan, pemuda itu pergi dari ruangan ke ruangan dan menembak orang-orang setelah terlebih dahulu membunuh kepala sekolah dan kemudian pergi ke kelas TK ibunya.
Ada laporan yang berbeda tentang kematian ibunya. Ada laporan yang menyebutkan bahwa ibunya tewas di ruangan kelasnya sementara yang tewas di rumah keluarga Lanza adalah ayahnya. Belum ada konfirmasi terkait hal itu.
Kakak Lanza, Ryan Lanza (24 tahun), yang awalnya diduga sebagai pelaku pembantaian, ditanyai polisi setelah ditangkap di rumahnya di Hoboken, New Jersey.
Dia berada di sebuah bus dalam perjalanan pulang dari kantor ketika ia disebut sebagai pelaku. Ia kemudian memposting di Facebook bahwa itu bukan dia. Dia mengatakan kepada seorang teman bahwa dia yakin, adiknya yang cacat mental telah melakukan hal itu.
Televisi NBC melaporkan, polisi sempat bingung karena mereka menyangka pelaku bernama Ryan Lanza karena pelaku mengenakan kartu identitas atas nama Ryan Lanza ketika datang ke sekolah itu.
Kementerian Luar Negeri memastikan tidak ada warga negara Indonesia yang menjadi korban. "Sejauh ini tidak ada WNI yang menjadi korban dalam insiden yang menewaskan 27 orang itu," kata Direktur Informasi dan Media Kemenlu, PLE Priatna, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (15/12).
Maryrose Kristopik menyelamatkan 20 muridnya di Sekolah Dasar Sandy Hook. Dia menyuruh mereka masuk ke dalam lemari dinding, sementara di luar Adam Lanza mengetuk pintu memohon dibukakan.
Maryrose adalah guru musik di sekolah tersebut. Saat terdengar ada penembakan, dia langsung menyuruh murid-muridnya masuk ke lemari tersebut.
Di dalam lemari, sang guru meminta murid-muridnya untuk tidak bersuara, dan berdoa. Dia juga mengucapkan "I love you" kepada murid-muridnya tersebut. "Aku bilang ke mereka bahwa ada orang jahat di sekolah. Aku tidak ingin berkata-kata apa lagi selain itu," kata Maryrose kepada dailymail, kemarin.
Di luar lemari tersebut, Adam Lanza menggedor-gedor pintu. Dia berteriak-teriak minta dibukakan. "Biarkan aku masuk! Biarkan aku masuk!"
Menurut Maryrose, ada sekitar 20 murid yang bersamanya di lemari tersebut. Di dalam lemari tersebut mereka berdiri berimpit-impitan. Dia berdiri di depan pintu untuk mencegah murid- muridnya menyentuh handle pintu.
"Aku mencoba sekuat mungkin. Yang kupikirkan hanya anak-anak itu. Aku minta ke mereka untuk diam dan kita sedang bersembunyi sehingga tidak ada yang tahu keberadaan kami," tuturnya. "Tentu saja aku juga ketakutan. Aku minta mereka diam, kupikir hanya ini tempat yang aman untuk kami."
Setelah merasa cukup aman, Maryrose baru berani membuka pintu lemari tersebut. Para orang tua murid yang anak-anaknya selamat mengucapkan terima kasih kepada guru musik tersebut. "Aku ingin mengucapkan terima kasih kepadanya. Dia menyelamatkan hidup mereka. Meski penembaknya terus meminta dibukakan pintu, dia tidak membiarkannya," kata seorang ibu.
"Guru anakku seorang pahlawan. Dia mengunci anak-anak tersebut ke dalam lemari dan menyelamatkan mereka," kata Lebinski, salah satu orang tua murid.