Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

UU Anti-Yakuza di Jepang Dianggap Langgar Hak Asasi Manusia

Peluncuran pembaharuan UU Anti Yakuza yang efektif sejak Oktober 2011 sampai kini masih banyak pro

Editor: Widiyabuana Slay
zoom-in UU Anti-Yakuza di Jepang Dianggap Langgar Hak Asasi Manusia
IST
Shinji Ishihara 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo, Jepang

TRIBUNNEWS.COM - Peluncuran pembaharuan UU Anti Yakuza yang efektif sejak Oktober 2011 sampai kini masih banyak pro dan kons di masyarakat Jepang. Bahkan hasil survei langsung radio NicoNico akhir Desember lalu saat wawancara dengan mantan yakuza, Shinji Ishihara, yang diwawancarai Tahara, sekitar 52 persen mendukung dan 48 persen menentang UU Anti-Yakuza tersebut.

Wawancara tersebut dikutip Tribunnews.com, Kamis (14/1/2013), di Tokyo. Ishihara (65) yang sejak usia 20 tahun sudah menjadi anggota yakuza dari kelompok yang ada di bawah Yamaguchi-gumi, tetapi sekitar 16 tahun terakhir sudah berhenti sebagai Kumicho (kepala kelompok) yakuza, menekankan bahwa UU Anti-Yakuza itu justru hanya menguntungkan polisi Jepang saja dan tidak melihat lebih jauh dampak bahayanya di masyarakat.

"Polisi itu curang ya," katanya, "Mereka tidak memikirkan lebih jauh akan dampaknya kepada masyarakat. Kalau yakuza di tekan terus, akhirnya bubar, misalnya, lalu pecah kecil-kecil, mereka akan jadi seperti tanpa pegangan, jalan sendiri, ayam kehilangan induknya. Ini justru sangat berbahaya bagi masyarakat dan justru menyusahkan masyarakat nantinya," paparnya.

Ishihara menekankan, biarkan saja yakuza berjalan seperti biasa, karena mereka terkontrol oleh Oyabun (big bos) yang dianggap seperti mahaguru bagi para anggotanya, "Kepala Yamaguchi-gumi itu seperti Rektor Universitas Tokyo. Jadi banyak yang masuk yamaguchi-gumi seperti belajar saja dan Oyabun mengontrol dengan ketat semua gerakan anak buahnya."

Dengan UU Anti-Yakuza itu Oyabun, diakuinya, memerintahkan agar semua tenang dulu, berdamai dulu dengan situasi yang ada, jangan berbuat macam-macam. Hal ini dikarenakan banyaknya pelarangan kepada yakuza di dalam pasal UU tersebut.

Masyarakat biasa tak bisa berkenalan lagi dengan anggota yakuza, "Kalau anggota masyarakat itu tak tahu seseorang yakuza, dia kenalan, nah anggota masyarakat itu kan bisa dengan mudah ditangkap polisi karena bisa saja dianggap berkomplot dengan yakuza dan itu sah penangkapannya karena sesuai UU tersebut. Ini kan menyusuhkan masyarakat sendiri. Kasihan dong tak tahu menahu seseorang itu yakuza atau tidak tetapi ikut ditangkap. Tidak sedikit anggota yakuza yang low profile seperti masyarakat biasa, merendah, tak mau ketahuan sebagai yakuza di masyarakat. Tidak sedikit anggota yakuza yang pintar apalagi Oyabun. Dia sangat smart sehingga seperti maha guru bagi para anggotanya," tekannya lagi.

BERITA TERKAIT

Ishihara sedikitnya 7 kali telah masuk keluar penjara dan diakuinya sempat beberapa kali ingin dibunuh antar anggota yakuza. Tetapi kini setelah ke luar dari keanggotaan yakuza, dia banyak membantu anak-anak muda Jepang agar masa depan mereka semakin baik, jangan menjadi anggota yakuza dan hal-hal positif lain.

"Saya sudah makan asam garam mengalami sendiri menjadi anggota yakuza bahkan menjadi Kumicho. Sudahlah, sebaiknya jangan jadi anggota yakuza karena situasi kondisi saat ini telah berubah dibandingkan dulu," ujarnya.

Perubahan itu menurutnya antara lain karena perubahan karakter yakuza sekarang sudah semakin agak "kasar" dan individualistis serta materalisme "uang" sangat kental. Sedangkan zamannya dia dulu, kekeluargaan, keakraban seperti keluarga besar masih sangat baik sehingga berada di dalam kelompok yakuza seperti benar-benar anggota keluarga sendiri. Bisa curhat dengan enak, apa pun juga saling membantu, dan citranya keren.

"Dulu zaman saya kalau jadi anggota yakuza dan masuk ke luar penjara demi dan untuk membela kelompok yakuza, keren banget, diacungi jempol disambut baik setelah keluar dari penjara. Kini jauh berbeda. Apalagi setelah keluar UU Anti-Yakuza itu, gerak kita semakin sudah, cari uang juga susah di tengah sikon perekonomian Jepang yang masih sulit saat ini," katanya.

Jadi dia meminta anak muda jangan jadi yakuza dan anggota yakuza pun yang muda-muda kalau bisa keluar dan mencoba mencari pekerjaan dari hari ke hari, "Dengan semangat bekerja hari ke hari, mudah-mudahan kehidupan bisa berjalan dengan baik meskipun pas-pasan setelah keluar dari yakuza," jelasnya lagi.

Selain itu Ishihara juga mengemukakan bahwa ketimbang UU Anti Yakuza tersebut, sebaiknya polisi Jepang mengaca diri dulu dalam bantuan kepada masyarakat.

"Kalau masyarakat sedang dalam kesusahan, apabila panggil yakuza, segera datang dan dibantu dengan baik serta dilindungi terus. Tetapi kalau panggil polisi, lama datangnya dan setelah itu dilepas, tidak memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat itu. Tetapi dengan bantuan dari yakuza pasti terpecahkan, selesai tuntas. Itu kenyataan yang ada di masyarakat."

Selain itu, gara-gara UU Anti-Yakuza tersebut, masyarakat jadi kurang terbantu sekelilingnya. Misalnya pembersihan lingkungan, menyapu, membersihkan sampah-sampah dan sebagainya.

"Dulu yakuza dengan mudah membantu membersihkan lingkungan, menyapu sampah, bersih-bersih tempat umum dan sebagainya yang ada di sekeliling kita, semua free, sukarela. Kini kalau kita lakukan, apalagi kalau masyarakat minta tolong, jadi salah semua, bisa melanggar UU Anti-Yakuza tersebut karena dianggap terkait dengan yakuza. Jadi semua serba salah dan pada akhirnya masyarakat juga yang rugi saat ini," tekannya lagi.

UU Anti-Yakuza yang baru sangat membatasi sosialisasi masyarakat dengan anggota yakuza. Termasuk pula sangat membatasi gerak yakuza di masyarakat. Kalau ketahuan anggota yakuza, tidak bisa buka rekening bank, tidak bisa sewa rumah, tidak bisa makan di mana pun (bila owner rumah makan mengetahui dia yakuza harus diusir ke luar), tidak boleh mandi di pemandian umum, dan sebagainya.

Apabila masyarakt mengetahui dia yakuza tetapi dibolehkan makan di restorannya, misalnya, maka owner restoran akan ditangkap langsung oleh polisi karena dianggap berkomplot dengan yakuza. Itulah yang diungkapkan Ishihara, bagaimana masyarakat mengetahui seseorang itu adalah yakuza? Polisi pun bisa dengan seenaknya menuduh masyarakat berkomplot, menganggap kita mengenal dan tahu seseorang itu yakuza, "Kan polisi bisa mengatakan demikian,"demikian ia menjelaskan.

Itulah pula sebabnya seorang pengarang non fiksi terkenal Jepang, Manabu Miyazaki mengatakan, UU Anti-Yakuza sangat bertentangan dengan hak asasi seseorang. Bahkan ditambahkan, UU it6u justru untuk polisi terutama bagi Amakudari, supaya banyak polisi  dipakai banyak perusahaan setelah mereka pensiun, dengan alasan untuk proteksi Perusahaan dari gangguan yakuza.

Kelompok Kudo-kai, yakuza  yang bermarkas di Fukuoka pun sudah mengajukan tuntutan ke pengadilan di sana bahwa Polisi melakukan Diskrimininasi kepada yakuza khususnya Kudo-kai, salah satu dari tiga besar kelompok yakuza di Jepang. Info yakuza klik di sini.


INTERNASIONAL POPULER

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas