FBI Hilang Kontak dengan Tamerlan Sejak Tahun Lalu
FBI membantah pernyataan ibu tersangka pengeboman even olahraga Maraton di Boston.
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI), membantah pernyataan ibu tersangka pengeboman even olahraga Maraton di Boston.
Sang ibu mengatakan, putranya tertua, Tamerlan Tsarnaev, sempat berbicara dengan FBI, setelah bom kembar meledak pada Senin pekan lalu.
Juru Bicara FBI Michael Kortan mengatakan, terakhir kali pihaknya berbicara dengan Tamerlan adalah pada 2011. Menurutnya, FBI sama sekali tidak mengetahui identitas pelaku pengeboman Maraton Boston, hingga pada Jumat pekan lalu, ketika Tamerlan bersama adiknya, Dzhokar Tsarnaev, kepergok pihak berwenang berada di kota Watertown, Mississipi.
Sebelumnya, ibu kedua kakak beradik itu, yang tinggal di Russia mengatakan, bahwa putranya tertua telah dijebak oleh FBI yang terus memantau Tamerlan sejak tahun 2011.
Diberitakan sebelumnya, pihak berwenang Rusia telah memperingatkan FBI sejak 2010, bahwa Tamerlan Tsarnaev sangat berbahaya, dan merupakan anggota organisasi Islam radikal.
FBI pada Jumat pekan lalu mengakui laporan tersebut, dan mengatakan bahwa pihaknya pada 2011 telah memeriksa Tamerlan, juga keluarganya. Namun, saat itu mereka tidak menemukan aktivitas terorisme apapun.
Tamerlan tewas dalam baku tembak dengan polisi di Kota Watertown, Jumat pagi pekan lalu. Ia diketahui telah melakukan perjalanan dari Boston ke Rusia beberapa kali, dalam beberapa tahun terakhir.
Ia dan adiknya, Dzhokhar, berasal dari etnis Chechnya, dan datang ke Amerika Serikat dari Kirgistan, negara bekas pecahan Uni Soviet di Asia Tengah.
Dzhokhar (19) ditangkap oleh polisi di Watertown, Jumat lalu, setelah diburu oleh pihak berwenang AS selama 20 jam. Ia saat ini tengah dirawat di rumah sakit Beth Israel Deaconess Medical Center, di mana kondisinya dilaporkan stabil, namun belum dapat berkomunikasi.
Ada dugaan Tamerlan menggunakan anggota kelompok teror, Imarat Kavkaz atau Emirat Kaukasus, yang didirkan pada 2007, untuk mempertemukan sejumlah kelompok jihad yang berjuang menciptakan negara Islam di wilayah Chechnya dan Dagestan, Rusia. (*)