Indonesia Ikut Serta di Pekan Tokyo International Film Festival
Peserta dari Indonesia sudah mendaftar untuk booth masyarakat bisnis film yang ada di dalam pekan Tokyo
Editor: Widiyabuana Slay
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo, Jepang
TRIBUNNEWS.COM - Peserta dari Indonesia sudah mendaftar untuk booth masyarakat bisnis film yang ada di dalam pekan Tokyo International Film Festival (TIFF) ke-26 tanggal 17 Oktober sampai dengan 25 Oktober 2013. Meskipun demikian jumlah film peserta TIFF diperkirakan akan menurun dibandingkan tahun lalu. Sedangkan siapa peserta dari Indonesia masih belum bisa diungkapkan lebih lanjut.
Demikian ungkap Managing Director TIFF ke-26 Nobushige Toshima kepada Tribunnews.com dalam konperensi pers TIFF ke-26, Selasa (30/7/2013), di Roppongi Hills Tokyo.
"Kita masih terus mengumpulkan jumlah peserta dan masih terus mengupayakan sebanyak mungkin film berpartisipasi di dalam TIFF ini. Namun saat ini masih belum dapat kami ungkapkan berapa jumlah dan siapa-siapanya," paparnya.
Tahun ini untuk pertama kali diselenggarakan program acara Asia Future yang akan menekankan kepada para produser muda di Asia. Tahun sebelumnya mirip acara ini dengan menyatukan pula Timur Tengah sehingga nama Timur Tengah diikutsertakan pula dalam nama acara program tersebut.
Selain itu Dirjen TIFF Shina menekankan perlunya pesta masyarakat film dunia itu menekankan kepada Animasi yang merupakan sub culture budaya Jepang dan dicintai di dunia oleh negara mana pun saat ini.
"Karena itu kami berharap karya Hayao Miyazaki terbaru, Kazetachinu (The Wind Rises) dapat ikut serta di acara TIFF ini karena melalui animasi Jepang dapat semakin luas memperkenalkan budayanya kepada dunia serta menciptakan hubungan yang lebih baik dengan semua masyarakat dunia pada akhirnya."
Pada acara pembukaan TIFF nanti akan ditayangkan film Captain Phillips Karya Paul Greengrass, cerita true story mengenai pembajakan laut di Somalia. Sedangkan penutupan TIFF akan diyayangkan film drama samurai kuno Jepang jaman Oda Nobunaga, The Kiyosu Conference, tapi digarap dengan gaya komedi sehingga penonton dapat santai dan tertawa lepas saat menonton film tersebut.
Pengamatan Tribunnews.com sejak 26 tahun hingga kini, dengan persaingan sangat ketat antar festival film internasional di berbagai negara, dan melihat kesinambungan TIFF dari tahun ke tahun selama ini, tampaknya TIFF ke-26 kemungkinan akan menjadi TIFF yang paling buruk dalam sejarah TIFF selama ini.
Anggaran sangat terbatas, sponsor yang tidak seroyal dulu lagi, bahkan pimpinan TIFF Toshima dengan pesimis mengatakan jumlah karya peserta diperkirakan akan menurun walaupun mereka para anggota Panitia berusaha kuat untuk mengundang berbagai peserta dalam dan luar Jepang.
Apa yang menjadi kemeriahan TIFF selama ini tampaknya akan meredup sekali nantinya di tengah perkonomian Jepang yang masih belum menentu.
Sementara konfirmasi adanya pengusaha film Indonesia akan berpartisipasi membuka Booth di TIFF tampaknya masih perlu dipertanyakan lagi. Apakah akan banyak menguntungkan Indonesia nantinya dengan situasi kondisi yang kurang baik di Jepang saat ini? Adakah tokoh film dan pengusaha besar dunia yang masih mengincar TIFF untuk bisnis mereka? Rasanya TIFF bukan jadi tempat menarik lagi, kurang menguntungkan dengan kemerosotan kualitas dan dana selama ini. Kita lihat saja 17 Oktober nanti.