Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Maksimal 40 Tahun Umur Kereta Api di Jepang

Pemda Jakarta melalui anak perusahaannya sedang mulai membangun perkeretaapian di Jakarta, baik MRT maupun

Editor: Widiyabuana Slay
zoom-in Maksimal 40 Tahun Umur Kereta Api di Jepang
TRIBUNNEWS.COM/RICHARD SUSILO
Penumpang sedang antre menunggu kereta api bawah tanah di Tokyo, Jepang. Mereka berdiri tepian platform stasiun yang belum ada home door alias pagar pemisah. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo, Jepang

TRIBUNNEWS.COM - Pemda Jakarta melalui anak perusahaannya sedang mulai membangun perkeretaapian di Jakarta, baik MRT maupun monorail. Ada baiknya kita belajar dari Jepang yang sudah mapan dalam perkeretaapian. Bahkan selalu tepat waktu sedunia (terbaik) untuk jadwal perkeretaapiannya dibandingkan negara lain.

Tribunnews.com   mewawancarai khusus, Kamis(10/10/2013) pihak Tokyo Metro Co.Ltd, pengelola kereta api bawah tanah di Jepang (Subways) khususnya di Tokyo. Deputy Manager Tokyo Metro Co.Ltd., Kazuyuki Fujii dan humasnya, Shogo Kuwamura, menceritakan semua hal mengenai perkeretaapian di Tokyo yang sangat canggih saat ini.

Satu hal menarik pula kita perhatikan adalah bagaimana akhir dari sebuah kereta api kalau sudah lama dipakai? Sejarah Tokyo Metro sudah 80 tahun tentu tidak semua kereta api dipakai selamanya. Coba kita dengar keterangan dari kedua orang ini.

Kereta api di Jepang biasanya sudah tidak dipakai kalau berumur maksimal 40 tahun. "Biasanya kereta api tua antara usia 20-40 tahun pasti dijual. Tetapi kami  menjual tidak sebagai kereta api tetapi sebagai besi bekas jadi dijual seperti model kilo-kiloan tersebut," ungkap mereka.

Karena itu harga satu set kereta api yang terdiri dari 10  gerbong, sudah tua, dijual sebagai besi bekas dengan harga sekitar 10 juta yen atau sekitar satu miliar rupiah.

Mengapa bisa demikian? Karena pembuangan sampah di Jepang justru harus membayar dengan mahal. Ketimbang ke luar uang mereka lebih baik terima uang (income) akan sangat menguntungkan perusahaan.

BERITA TERKAIT

Selama ini memang sudah cukup banyak kereta api Jepang dibeli oleh Indonesia. tetapi pembelian tersebut tidak dilakukan langsung.

"Tidak ada dan tidak pernah kami melakukan jual beli langsung dengan negara  atau perusahaan di luar negeri. Jadi selalu lewat perusahaan Jepang sebagai agen atau pihak ketiga. Dengan demikian mereka lah nanti yang akan bertanggungjawab kepada pembeli kereta api kami," paparnya.

Fujii dan Kuwamura juga mengetahui ada kereta api di Indonesia yang masih merekat nama-nama Jepangnya termasuk nama stasiun di Tokyo pada kereta api Jepang yang sudah dipakai di Indonesia.

"Wah menarik juga ya, kalau mereka orang Indonesia mungkin menganggap sebagai pajangan seni saja, tetapi kita orang Jepang dan yang mengerti bahasa Jepang mungkin kaget juga ya melihat nama-nama stasiun kereta api Jepang masih ada pada kereta api Jepang yang ada di Indonesia," tanggap mereka.

Dengan demikian pembelian kereta api yang ada di Indoneia melalui beberapa perusahaan Jepang kecil yang menjadi pihak ketiga terhadap jual beli tersebut. Tribunnews.com melihat kartu nama para pembeli dan agen, pihak ketiga, yang mentransaksikan jual beli tersebut. Tidak banyak, hanya tiga perusahaan saja, itu pun bukan perusahaan besar seperti Mitsubishi atau Mitsui, tetapi perusahaan Jepang yang mungkin di Jepang pun jarang orang mendengar atau tidak tahu adanya perusahaan ini.

Dengan demikian bagi masyarakat yang mungkin mengetahui anggaran pembelian kereta api Jepang dengan harga jual yang dilakukan Tokyo Metro tersebut, mungkin bisa membayangkan betapa jauh beda harga yang terjadi dalam transaksi jual beli tersebut.

Wajarlah namanya juga perdagangan ada cari untungnya, bukan? Tetapi menjadi masalah, uang yang keluar untuk membeli itu uang dari mana? Kalau uang pajak masyarakat, tentu saja masyarakat memiliki hak untuk mempertanyakan kembali mengapa begitu mahal beli dari Jepang? Sekaligus mempertanyakan rincian jual beli tersebut. Kejelasan atau transparansi inilah yang selalu dilakukan di Jepang.

"Kalau ada proyek pekerjaan atau pembuatan kereta api di Jepang, selalu kami transparan, dan menjelaskan ke semua pihak mengenai transaksi yang dilakukan, sehingga tak ada masalah apa pun pada akhirnya."

Misalnya saja pembuatan kereta api Tokyo Metro umumnya dari tiga perusahaan saja yaitu Kawasaki Heavy IIndustry, Hitachi, dan Nippon Sharyou Ltd, " Paling banyak memang dari Kawasaki Heavy Industries dan Hitachi. Kalau Nippon Sharyou karena itu perusahaan juga baru jadi masih sedikit produk yang kami gunakan," tambahnya lagi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas