Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pelajari Dulu Lumba-lumba Baru Protes

Menyedihkan sekali masyarakat Jepang

zoom-in Pelajari Dulu Lumba-lumba Baru Protes
Repro WBS Wakayama/Richard Susilo
Kazutaka Sangen, Kepala Desa Taijichou di Wakayama perfektur mengritik Dubes AS untuk Jepang 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo, Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Menyedihkan sekali masyarakat Jepang terutama daerah di mana banyak lumba-lumba yaitu perfektur Wakayama, yang belum lama ini dituduh banyak menangkap lumba-lumba untuk disantap. Aksi itu mendapat protes dari Dubes AS untuk Jepang Caroline Kennedy.

"Kami sedih sekali dituduh banyak membunuh lumba-lumba," papar Kazutaka Sangen, Kepala Desa Taijichou di perfektur Wakayama, Rabu(22/1/2014).

Di desa itu memang dekat pantai dan terkenal banyak sekali lumba-lumba di sana. Kazutaka mengucapkan khusus kepada wartawan TBS TV 17 Januari lalu.

Menurutnya, seharusnya semua orang yang menuduh pembunuhan massal lumba-lumba sebaiknya pergi ke sana terlebih dulu, melihat dan mensurvei langsung ke lapangan, jangan hyanya mendengar saja dari orang lain.

"Lihat langsung ke sini ke lapangan apa yang terjadi. Lalu kita bicara sama-sama, diskusi sama-sama, kalau merasa kita tidak benar, ya berikan usulan begini begitu. Kan enak kalau demikian. Jangan main tuduh saja, kita jadi tidak enak ini," tekannya.

Dubes AS untuk Jepang Caroline Kennedy dipastikan tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya di lapangan.

Berita Rekomendasi

"Saya yakin dia tak tahu apa yang terjadi sebenarnya di lapangan, dia hanya mendengar laporan saja. Jadi saya tawarkan bagaimana kalau Kennedy sekali saja deh datang ke sini lihat langsung ada apa yang terjadi dengan lumba-lumba di Jepang ini," ungkapnya lebih lanjut memohon kedatangan Kennedy ke sana.

Pemberitaan berat sebelah oleh banyak pers barat terutama, olehnya sangat disesalkan, seolah masyarakat Jepang banyak membunuh, memburuh massal lumba-lumba hanya karena melihat film The Cove.

Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga, 18 Januari lalu juga sudah mengomentasi bahwa tidak benar ada pemburuan dan pemusnahan massal lumba-lumba.

"Hukum sudah mengatur semua hal mengenai lumba-lumba tak bisa seenaknya diburu dan ini juga bagian dari budaya tradisional Jepang," paparnya.

Jepang telah lama menyatakan bahwa membunuh lumba-lumba tidak dilarang di bawah dan sesuai dengan perjanjian internasional dan populasi binatang itu tidak terancam, dan menambahkan bahwa lumba-lumba harus diambil untuk melindungi area perikanan.

Sea Shepherd, salah satu dari beberapa kelompok perlindungan hewan yang memantau perburuan di Taiji, mengatakan, Senin, 20 Januari 2014, lebih dari 200 lumba-lumba telah ditangkap ke dalam teluk terpencil di pantai Taiji.

Kebenaran ungkapannya dan film yang ditayangkan masih banyak dipertanyakan warga Jepang saat ini.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas