Data Mengenai Hilangnya MAS MH370 Teramat Sedikit
data mengenai hilangnya MAS MH370 teramat sedikit. Akibatnya, sangat sulit menganilis mengenai kondisi dan keberadaan pesawat tersebut.
Penulis: Domu D. Ambarita
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Domu Ambarita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menurut Tito Aryanto, data mengenai hilangnya MAS MH370 teramat sedikit. Akibatnya, sangat sulit menganilis mengenai kondisi dan keberadaan pesawat berjenis Boeing 737-200 ER (Extended Range).
Hal inilah yang membuat berbagai pihak curiga, bahwa pesawat hilang bukan karena kecelakaan yang disebabkan kerusakan, melainkan karena kesengajaan.
Pesawat Boeing 777-200 ER itu kan pesawat mutakhir. "Jadi jika terjadi apa-apa, atau sesuatu, pasti tahu. Kecuali pesawat meledak, tiba-tiba duarrr... orang tidak akan sempat ngomong. Tapi kalau ini, ada kerusakan, dan tidak tahu, itu aneh," kata Tito.
"Tapi kalau pesawat itu, meledak, mestinya ada puing-puing, sekecil apa pun pasti ada, tapi ini kan tidak ada. Nggak tahu deh, makanya asosiasinya, ini bisa dipaksa orang, tentu yang mengerti penerbangan.
Mengenai disfungsionalnya transponder MH370, Tito menjelaskan, setiap penerbangan, sebelum tinggal landas, pilot harus terlebih dahulu mengisi squawk number flighptlan, berupa angka (frekwensi) transponder. Angka dan kode flightplan yang diisikan kemudian akan dipantulkan transponder sehingga pesawat terdeteksi terdeteksi di radar pengawas di darat.
Kode yang diisi sejak flightplan membantu menara pengawas pesawat mengenali setiap pesawat menyangkut posisi kapal, ketinggian kapal, dan isyarat panggilan dari pesawat itu. Transponder secara konstan ada dalam pantauan monitor radar terdekat di mana pesawat melintas.
Misalnya, sebelum terbang, pilot Zaharie Ahmad Shah harus mengisi kode penerbangan MH370, nama maskapai penerbangan Malaysia Airlines, rute Kuala Lumpur - Beijing, jam berangkat pukul sekian dan estimasi tiba di Beijing pukul sekian, rata-rata ketinggian terbang, dan rata-rata kecepatan jelajah.
Setiap radar yang menangkap sinyal radio transponder akan mengidentifikasi data-data tersebut. Namun bila transponder dimatikan, radar akan kehilangan data-data, walaupun tetap dapat memonitor ada pesawat bergerak melalui pantulan objek, meskipun tak teridentifikasi atau unidentified. "Nah ini seorah-olah transporder dimatikan, sehingga tidak terdeteksi apa-apa," kata Tito.
Transponder memperkuat sinyal terpantul dan menyediakan informasi tambahan kepada menara pengawas pesawat. Misalnya, dalam kondisi terjadi pembajakan kodenya 7500, gangguan komunikasi kode 7600, dan kode keadaan darurat 7700.
Secara teknis, transponder memang mudah dimatikan. Di cockpit ada tombol-tombol yang mudah diganti-ganti, yaitu "ON", "SBY" (standby), dan "ALT" untuk mengetahui ketinggian. Petugas cockpit setiap saat pesawat mau berhenti, stop operation, atau mau parkir, transponder pasti dimatikan.