Mengintip Kelemahan Ninja
Tentunya, mereka pun memiliki kelemahan seperti manusia pada umumnya.
Editor: Rendy Sadikin
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo, di Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Ninja atau Shinobi atau Kunoichi (Ninja wanita) juga manusia. Mereka sama seperti kita semua. Hanya saja mereka menguasai ilmu bela diri Ninjutsu sebagai dasar dan peningkatan ilmu lain sesuai kemampuan masing-masing, sehingga level kemampuan berbeda-beda pada akhirnya.
Tentunya, mereka pun memiliki kelemahan seperti manusia pada umumnya. "Kelemahan Ninja ya pada manusianya itu sendiri," kata Grand Master Ninja, Masaaki Hatsumi (83), kepada Tribunnews.com, Minggu (30/3/2014).
Menurutnya, penguasaan emosi setiap pribadi sangat penting. Pola pikir perdamaian, kerja sama yang baik, percaya harus selalu berbuat baik di mana pun kepada siapa pun di tengah fluktuasi emosi dan pengendalian diri yang berbeda di setiap manusia.
"Tentu, ada kelemahan. Kalau dia ingin berbuat jahat dan melakukan kejahatan, ya dia sendiri yang akan menanggung hasil atau akibatnya. Itulah sebabnya terjadi peperangan karena adanya kejahatan, keserakahan dan hal-hal buruk lainnya," tutur Masaaki.
Pada hakekatnya Ninja tidak untuk bertempur. Jadi tidak dipersenjatai dengan peralatan berat untuk bertempur. Ninja bertugas untuk mencari informasi serahasia mungkin sehingga siapa pun tak merasa kalau informasi telah "dicuri".
Pencarian informasi tersebut dilakukan untuk Tuannya. Biasanya Tuannya adalah orang kaya semacam Tuan Tanah di suatu daerah tertentu, memiliki harta banyak dan juga memang memiliki ilmu Ninjutsu yang tinggi pula. Alhasil, dia bisa menguasai para ninjanya dengan baik.
Upaya pencarian informasi dan pemberian racun kepada lawan atau orang tertentu yang diminta Tuannya untuk diracuni. Karena itu, Ninja pintar dalam hal penggunaan senjata kecil-kecil, asap serta racun (obat-obatan) termasuk penangkal racun.
Jadi apabila Ninja bertemu lawan, malahan berusaha kabur menjauh agar tidak terjadi perkelahian fatal dan terpenting agar tidak ketahuan jati dirinya nanti. Itulah sebabnya dalam upaya menghindari diri Ninja menggunakan asap tebal agar tak kelihatan ke mana larinya (kaburnya) sehingga lawan kehilangan jejak.
Ninja pun bukan pembunuh. Upaya membunuh pun biasanya hanya karena menjalankan perintah dari Tuannya. Itu pun "pembunuhan" dengan cara halus sehingga diupayakan tidak ketahuan dibunuh.
Citra Ninja sebagai pembunuh inilah yang sangat kuat melekat di masyarakat saat ini, sehingga beberapa kalangan masyarakat tidak senang dengan kehadiran Ninja, dan merasa ketakutan.
Padahal, Ninja adalah juga sama dengan Samurai. Perbedaannya, Ninja berasal dari kalangan miskin, petani, kalangan rendah, Samurai yang biasa kita lihat umumnya berasal dari sekitar kalangan istana, atau bangsawan atau yang punya uang.
Lalu bagaimana dengan makanan? Menurut sensei Hatsumi makanan biasa saja tak ada pantangan apa pun, "Makanan biasa saja yang sehat-sehat saja, yang penting jaga kesehatan diri agar stabil dan sehat selalu," paparnya dan menolak anggapan ada pantangan apa pun.
Benar sekali. Terpenting adalah upaya untuk menjaga kesehatan diri dengan berbagai upaya sendiri. Apabila makan terlalu banyak daging, misalnya, menjadi gemuk, ya tentu saja akan sulit untuk bergerak lincah sebagai Ninja. Jadi segalanya harus yang sesuai logika saja.
Kalau pun ada larangan di sana sini oleh klan Ninja lain, mungkin itu untuk maksud kesehatan yang baik pula. Tetapi bukan berarti sama sekali tak boleh makan makanan tertentu, "Makan sekali saja untuk nyobain, misalnya, di belakang kita, tak ada yang tahu, mungkin makan juga kok," papar seorang Ninja lain dari klan Iga, Jinichi Kawakami kepada Tribunnews.com beberapa waktu lalu.
Dengan demikian kelemahan Ninja pada hakekatnya hanya dua yaitu pada diri sendiri, apakah dia bisa mengontrol emosinya sendiri. Pola pikir kotor dan jahat akan menjerumuskan dia ke dunia hitam yang jahat. Tapi kalau bisa menjaga kestabilan diri, emosi bisa dikontrol dengan baik, menjadi orang baik, maka dia akan tetap baik.
Hal kedua kelemahan Ninja pada penggunaan alat perang karena memang Ninja bukan untuk perang, bukan untuk menggunakan alat berat. Ninja justru berusaha tidak muncul ke permukaan, bersembunyi di bawah tanah, identitas sama sekali tak boleh diketahui, dan justru menghindari perkelahian.
Jadi kalau Ninja diserang alat berat memang akan kewalahan. tetapi dengan keahliannya, biasanya dia akan kabur dan menghilang lebih dulu sebelum bentrok fisik dengan lawannya.
Apakah hal tersebut bisa dikatakan kelemahan Ninja karena tak menggunakan persenjataan berat? Mungkin banyak orang menjawab tidak, karena memang Ninja pada dasarnya harus berpikir Perdamaian, bukan perkelahian.
Dengan bantuan Ninja diharapkan sebuah kasus menjadi terselesaikan dengan baik dan adil karena mendapat informasi berharga kalangan pengambil keputusan, dari para Ninjanya.