Masalah Visa Selesai, Mahasiswa Indonesia Siap Bantu Jemaah Haji
Tenaga mereka sangat dibutuhkan untuk membantu menangani jemaah haji Indonesia yang mencapai 168.800 orang
TRIBUNNEWS.COM, MEKKAH - Masalah visa untuk tenaga musiman (temus) haji dari Mesir akhirnya beres. Sebanyak 68 mahasiswa Indonesia yang belajar di negara itu segera masuk ke Arab Saudi. Tenaga mereka sangat dibutuhkan untuk membantu menangani jemaah haji Indonesia yang mencapai 168.800 orang.
"Kami berharap 1 sampai 2 hari lagi mereka bisa datang. Secepatnya. Kami sendiri baru dapat kabar dari Kairo, kemarin sore," kata Wakil Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia di Arab Saudi, Arsyad Hidayat di Kantor Teknis Urusan Haji, Jeddah, Arab Saudi, Kamis (11/9/2014).
Kedatangan para tenaga musiman dari kalangan mahasiswa ini memang tidak semulus tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini kedatangan mereka terkendala masalah visa.
Arab Saudi mulai tahun ini menerapkan sistem elektronik haji (e-Hajj) secara mendadak. Sistem ini berlaku sejak dari pengajuan visa di kedubes-kedubes Arab Saudi di berbagai negara, terutama negara yang mengirimkan warganya untuk berhaji.
Masalah muncul karena ternyata di sejumlah kedutaan besar Arab Saudi sistemnya belum beragam. Masih ada yang menggunakan sistem manual, seperti kedutaan besar Arab Saudi di Mesir.
Jumlah mahasiswa asal Indonesia di Mesir yang akan menjadi temus paling banyak di antara mahasiswa Indonesia di negara lain. Jumlahnya mencapai 68 orang atau separuh dari temus mahasiswa yang totalnya 125 orang.
Dari jumlah sebanyak itu, temus yang datang baru dari Yordania sebanyak lima orang, Maroko enam orang, dan Tunisia tiga orang. Sedangkan dari Sudan, rencananya sebanyak 17 orang, Yaman sebanyak 13 orang, dan Libanon sebanyak tiga orang.
Sementara dua mahasiswa Indonesia di Suriah yang akan bergabung masih harus mengambil visa di Beirut, Libanon, karena Kedubes Arab Saudi itu tutup sejak berkecamuknya perang di negeri itu.
Sementara temus yang belajar di Libya, karena Kedubes Arab Saudi di negeri itu ditutup terpaksa terbang ke Indonesia. Mereka mengupayakan visa dari tanah air. "Masalahnya bisa atau tidak belum tahu, sebab calling visa kita ditujukan ke Kedubes Arab Saudi di Libya," kata Arsyad.
Antisipasi Gelombang Kedua
Kehadiran para temus ini sangat diharapkan PPIH. Kepala PPIH Daerah Kerja Jeddah Ahmad Abdullah Yunus sempat mengkhawatirkan nasib para temus. Sebab untuk gelombang kedua kedatangan jemaah calon haji yang dimulai pada 15 September nanti, jumlahnya tiga kali lipat dari gelombang pertama.
Jika gelombang pertama jumlah kloter yang masuk ke Bandara King Abdul Aziz sebanyak 81 kloter, gelombang kedua jumlahnya mencapai 267 kloter.
"Kita berharap dapat tambahan tenaga dari temus. Kalau gelombang satu saja, petugas PPIH bisa menghandle. Tapi kalau gelombang kedua sudah masuk, bisa keteteran kita," kata Abdullah.
Jika temus-temus ini belum masuk juga ke Arab Saudi, Abdullah berniat mengusulkan menggunakan tenaga mukimin sebagai pengganti temus mahasiswa.
Masuknya jemaah dalam skala besar, kata Abdullah, membutuhkan petugas yang nantinya dapat mengatur mereka, karena jeda kedatangan kelompok terbang akan semakin singkat. Mereka tidak akan diarahkan ke Madinah tetapi langsung ke Mekah.
Idealnya, pihaknya membutuhkan tenaga tambahan sekitar 30 orang agar bisa memberikan pelayanan yang lebih maksimal ketika menerima jamaah. "Sebab semua harus terdata, kita butuh banyak petugas di sini," katanya. (Kholish Cered)