Insiden "Nenek Hilang", Wacana Gelang Chip Kembali Mencuat
Nenek Weli Daude Ali binti Musa kembali "hilang" untuk kedua kalinya pada, Rabu (17/9/2014) siang.
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Kaltim Kholish Chered dari Makkah
TRIBUNNEWS.COM, MAKKAH - Nenek Weli Daude Ali binti Musa kembali "hilang" untuk kedua kalinya pada, Rabu (17/9/2014) siang.
Beruntung, pada Rabu malam, sekitar pukul 22.00 Waktu Arab Saudi (WAS), sudah ada yang mengantarkan jamaah haji khusus itu kembali ke hotel Zamzam Tower.
Salah satu pengelola teknis Konsorsium Savana Salsabila, Ja'far, Kamis (18/9/2014) mengatakan sang nenek diantarkan seseorang setelah sempat ditemukan di sekitar Sektor A 03, Makkah.
"Alhamdulillaah beliau sudah kembali ke hotel. Sekarang beliau sedang beristirahat," kata Ja'far, saat dihubungi awak Media Center Haji (MCH) Makkah melalui telepon. Pihaknya pun akan berupaya memberikan perhatian lebih setelah dua insiden ini.
Terkait peristiwa tersebut, Kasi Perlindungan Jamaah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja Makkah, Jaetul Muchlis, menilai diperlukan beberapa langkah untuk mengantisipasi peristiwa serupa.
Pertama, diperlukan petugas khusus dari Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) di yang standby di lobi hotel.
Mereka harus memastikan setiap jamaah haji yang keluar hotel sudah mengenakan tanda identitas, terutama gelang identitas diri dan pemondokan,
Kedua, ketika tetap terjadi jamaah "hilang", pihak PIHK harus cepat berkoordinasi dengan sektor terdekat maupun menghubungi call center Daker Makkah.
Hal ini agar upaya pencarian bisa efektif dan efisien dari sisi waktu dan tenaga. Hal ini pun berlaku bagi jamaah reguler dengan alur koordinasi yang telah baku.
"Ketiga, saya menilai, gagasan gelang ber-chip yang bisa dilacak GPS perlu dipertimbangkan. Khususnya untuk jamaah haji lanjut usia. Sehingga ketika terjadi masalah, keberadaan mereka bisa terlacak," katanya. Terlebih para jamaah haji khusus sudah membayar biaya perjalanan yang relatif besar.
Informasi yang beredar, wacana gelang chip ini sempat dibawa ke DPR RI, namun urung dilaksanakan. Petugas haji Malaysia sudah menggunakan teknologi ini, sebagai upaya menjaga ritme kinerja secara maksimal. (*)