Kampanye Kesetaraan Gender Emma Watson Raih Dukungan Pria
Kampanye aktris Inggris Emma Watsontelah memicu gelombang dukungan dari seluruh dunia
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM.LONDON - Kampanye aktris Inggris Emma Watson agar para pria bergabung dengan upaya kesetaraan hak bagi perempuan telah memicu gelombang dukungan dari seluruh dunia, termasuk dari para selebriti dan politisi.
Watson, 24, yang menjadi terkenal karena perannya sebagai Hermione dalam film-film Harry Potter, memberikan pidato besar pertamanya sebagai Duta Besar Khusus PBB untuk urusan perempuan di New York, Sabtu lalu (20/9/2014), meluncurkan kampanye "HeForShe" untuk menyatukan laki-laki dan perempuan untuk kesetaraan gender.
Inisiatif tersebut mendorong para pria untuk bergabung dalam upaya melawan kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan dan pada Selasa sore, lebih dari 70.000 pria dan remaja pria telah menandatangani dukungan daring, menurut peta aktif daring HeForShe di laman kampanye tersebut.
Sasarannya adalah untuk memobilisasi satu miliar pria dan remaja pria selama 12 bulan ke depan dengan peta daring yang menunjukkan dengan tepat di mana para pria mendaftar.
"Saya harap kita akhirnya dapat mengubah undang-undang dan mentalitas untuk membentuk apa yang sebetulnya adalah akal sehat," ujar Watson dalam akun Twitternya, Selasa.
Seiring momentum yang diperoleh kampanye tersebut, pria-pria dari berbagai latar belakang berjanji "untuk mengambil tindakan melawan semua bentuk kekerasan dan diskriminasi yang dihadapi perempuan dan anak perempuan."
Aktor Inggris Simon Pegg, yang baru-baru ini dikenal karena bermain sebagai Scotty dalam film-film Star Trek, menulis di Twitter: "Suami dari seorang istri, ayah dari seorang anak perempuan, putra dari seorang ibu. Tentu saja akan saya dukung."
Para pengelola memuji pidato Watson yang dahsyat yang mendorong dukungan tersebut dan menaikkan jumlah orang-orang yang mendaftar dalam kampanye tersebut.
Watson, yang ditunjuk sebagai duta PBB Juli, mendapat tepuk tangan meriah saat berpidato saat ia menyerukan perempuan dan laki-laku untuk merebut kembali feminisme untuk manfaat semua orang.
Ia mengatakan telah menjadi feminis setelah ia dikatakan terlalu "suka memerintah" karena ingin menyutradarai pertunjukan teater pada usia delapan tahun.
"Namun riset saya baru-baru ini menunjukkan bahwa feminisme telah menjadi kata yang tidak populer," ujar Watson, yang kuliah di Oxford University di Inggris dan lulus S1 dari Brown University di Amerika Serikat.
"Perjuangan atas hak-hak perempuan terlalu sering diidentikkan dengan pembenci pria. Ini harus dihentikan," ujarnya.
Perannya sebagai duta PBB didedikasikannya untuk memberdayakan perempuan muda. Ia telah mengunjungi Bangladesh dan Zambia untuk mendorong pendidikan anak perempuan, dan baru-baru ini kembali dari Uruguay. (Reuters/VOA)