Penerbangan Jemaah Delay Belasan Jam, PPIH Tegur Garuda
PPIH di Arab Saudi menegur maskapai Garuda Indonesia yang menunda penerbangan tiga kloter dari Embarkasi Jakarta hingga belasan jam.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Kholish Chered dari Arab Saudi
TRIBUNNEWS.COM, MEKKAH - Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia di Arab Saudi menegur maskapai Garuda Indonesia yang menunda penerbangan tiga kloter dari Embarkasi Jakarta hingga belasan jam. PPIH Daerah Kerja Jeddah telah memanggil pihak Garuda, Jumat (10/10/2014) malam untuk mengevaluasi masalah ini.
Penerbangan yang mengalami delay adalah Kloter 1, Kloter 2 dan Kloter 3 JKG. Kloter 1 yang seharusnya terbang Kamis 9 Oktober, baru diberangkatkan ke Tanah Air Jumat 10 Oktober. Sementara Kloter 2 yang seharusnya terbang ke Tanah Air Jumat malam, baru akan diberangkatkan sore nanti, Sabtu, 11 Oktober 2014. Begitu pula dengan kloter 3 yang seharusnya berangkat Sabtu baru akan diterbangkan ke Indonesia pada hari Minggu, 12 Oktober.
"Kami sudah minta penjelasan dari direktur Garuda yang membidangi haji dan general manajer Garuda di sini," kata Ketua PPIH Daerah Kerja Jeddah Ahmad Abdullah Yunus di Jeddah, Jumat (10/10/2014) malam, kepada tim Media Center Haji (MCH) Jeddah.
Alasan pertama yang disampaikan Garuda terkait bagasi handling yang sangat padat mengingat negara-negara yang memberangkatkan jemaahnya ke tanah suci saat bersamaan juga memulangkan mereka. Kondisi ini membuat proses lebih
lama dan memaksa penerbangan menunggu, sehingga limit waktu yang diberikan pilot habis, dan itu tidak bisa diperpanjang.
"Jamnya sudah tidak bisa ditambah lagi," kata Abdullah.
Alasan kedua, slot time mengalami perubahan, dan pihak Garuda sudah mengakui kealpaannya terkait proses pemulangan ini. Dan, seluruh risiko ditanggung maskapai, termasuk menyediakan hotel transit untuk jemaah kloter 1 dan kloter 2 JKG yang sudah terlanjur didorong ke luar Mekah. Begitu juga dengan seluruh konsumsi jemaah, sesuai kontrak menjadi tanggungan Garuda.
"Tapi kami minta pihak Garuda agar segera menginformasikan masalah seperti ini lebih awal lagi, sehingga kami bisa lebih preventif untuk bisa menghubungi pihak Mekkah agar tidak segera mendorong jemaah ke Jeddah," kata dia.
Dalam penjelasan pihak Garuda disebutkan proses bagasi mengalami persoalan karena otoritas bandara baru membukanya pada tanggal 9, saat jemaah akan dipulangkan. Garuda, kata Abdullah, memang sudah mengantisipasi hal ini dengan pemeriksaan x-ray lebih awal. Namun pihak otorita bandara melakukan pemeriksaan ulang untuk semua bawaan jemaah, yakni koper besar dan tas jinjing, sehingga memakan waktu lama.
"Ini sangat memperlambat, sebelumnya tidak seperti ini. mungkin ini bagian kewaspadaan pemerintah Saudi dan kita tak bisa menawar," kata dia.
Ke depan, PPIH akan mengkomunikasikan lagi masalah ini mengingat jemaah haji Indonesia lebih banyak dibandingkan negara-negara lain, sehingga kalau dilakukan dua kali pemeriksaan akumulasi waktu jadi lebih banyak.
PPIH kata dia, sudah melaksanakan proses pemulangan jemaah sesuai standar operasional yang berlaku. Sementara proses delay berada dalam kewenangan maskapai.
"Tapi prinsipnya kita saling mengawal, kita tetap membantu dan bekerjasama dengan penerbangan agar solusi bisa diatasi," kata dia.
Misalnya, seperti kasus Kloter 2 JKG yang sudah terlanjur ke luar dari Mekkah karena bus yang mengangkut jemaah sudah siap berangkat ke Jeddah. Garuda yang 'angkat tangan' meminta bantuan PPIH untuk mencarikan hotel transit dengan seluruh biaya menjadi tanggungan mereka.
"Garuda minta bantuan kita untuk minta tolong dicarikan, jadi mau hotel apapun Garuda akan bayar. Kita cari siapa (hotel) yang mampu menangani sekaligus (ratusan jemaah). Kita cek juga representatif nggak tempatnya," kata dia.
Hotel Norqom yang menjadi tempat transit jemaah yang harus menunggu penerbangan ini, kata Abdullah, tidak masuk dalam pengadaan PPIH terkait hotel transito yang operasionalnya baru akan dimulai pada 22 Oktober mendatang.
"Ini yang bayar Garuda. Garuda tidak menentukan hotel harus ini harus itu, hanya minta dicarikan hotel transit dan berapapun biayanya dibayar. Kebetulan yang siap Norqom, karena yang lain sudah terisi sebagian oleh jemaah dari negara lain atau PIHK. Yang jelas hotel ini yang siap, lalu jemaah kita arahkan ke sana," tutur Abdullah.
Sayangnya, pantauan di Hotel Norqom, tidak terlihat satu pun petugas dari pihak maskapai yang mampu menjelaskan kepada jemaah alasan penundaan, sehingga banyak jemaah yang kecewa.
Terkait molornya waktu pemulangan jamaah ini, Abdullah khawatir akan berimbas kepada kloter-kloter lain, tidak hanya kloter 1, 2 dan 3 drai embarkasi Jakarta.
"Kemungkinannya bisa (kena imbas). Tahun-tahun lalu (yang tertunda) itu Surabaya, JKS, Makassar, biasanya itu jadi favorit. Bagasinya selalu dibuka karena mungkin faktor X, zamzamnya lebih banyak dari yang lain," kata dia.