Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Banyaknya Jemaah Risiko Tinggi Sebabkan Meningkatnya Jumlah Kematian

Angka kematian jemaah haji tahun ini sudah melebihi tahun lalu. Hingga hari ini, Selasa 27 Oktober 2014, jumlahnya mencapai 274 orang.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Banyaknya Jemaah Risiko Tinggi Sebabkan Meningkatnya Jumlah Kematian
Tribun Kaltim/Kholish Chered
Situasi di Masjidil Haram, Mekkah, 4 September 2014. 

Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Kholish Chered dari Arab Saudi

TRIBUNNEWS.COM, MEKKAH - Angka kematian jemaah haji tahun ini sudah melebihi tahun lalu. Hingga hari ini, Selasa 27 Oktober 2014, jumlahnya mencapai 274 orang. Sedangkan tahun lalu total tercatat 266 orang.

Kepala Bidang Kesehatan Panitia Penyenggara Ibadah Haji Indonesia (PPIH), DR dr Fidiansyah Sp.Kj mengatakan kematian merupakan sesuatu yang tidak bisa dimanipulasi.

"Kalau kita bicara tentang kematian, orang sering bicara tentang takdir. Bahwa, sulit sebetulnya mengendalikan hal yang di luar kekuasaan manusia. Namun sekali lagi dalam dunia kesehatan, bicara kematian bukan berarti memanipulasi takdir," kata Fidiansyah dalam perbincangan dengan awak Media Center Haji (MCH) Jeddah.

Dalam dunia kesehatan, yang dilakukan adalah bagaimana mengikhtiarkan suatu langkah yang memberikan efek kesembuhan bagi jemaah sakit, yang sebenarnya diberikan Allah SWT.

"Jadi ukurannya itu ikhtiar. Bukan outputnya, bukan hasil akhir. Kalau sudah meninggal, jelas itu sesuatu hal yang tidak bisa dikendalikan," kata dia.

Ikhtiar itu bagian dari rencana strategi yang menjadi indikator sebuah keberhasilan suatu kegiatan.

Berita Rekomendasi

"Dan untuk haji, sampai 2014 indikatornya memang angka kematian dan kita tidak bisa mengubah ini," kata Fidiansyah.

Dalam pelaksanaan haji 2014 bidang kesehatan, indikator dalam target yang ditetapkan adalah kematian jemaah tidak boleh 2 orang per mil (2/1.000). Tahun 2013 lalu, angka kematian jemaah di bawah indikator, yakni 1,58 per mil (266 orang dengan jumlah jemaah yang diberangkatkan 168.000).

Sementara tahun ini, dengan angka jemaah yang diberangkatkan tetap sama, 168.000 orang, kemudian dikalikan 2/1.000, maka batas angka kematian maksimal jemaah adalah 336 orang.

"Apa yang terjadi di tahun lalu ada hikmahnya. Pertama pengurangan kuota, orang sering bilang hasil itu bukannya karena jemaahnya memang turun dari 220 ribu menjadi 168 ribu. Memang betul, kuota turun berefek jemaah yang dikelola tidak terlalu banyak. Tetapi angka 1,58 per mil tetap keberhasilan, sebab dengan jamaah di atas 220 ribu tahun 2012, angka kematian masih di atas 2 per mil," kata dia.

Tahun lalu selain karena efek penurunan kuota, juga disebabkan kesadaran masyarakat akan isu MERS. Saat itu kasus MERS yang menghantui semua wilayah menjadi perhatian berbagai pihak. Bahkan WHO ikut memberikan warning.

Efeknya, banyak jemaah risti yang mengurungkan kepergian ke tanah suci karena merasa daya tahan tubuhnya lemah. Ditambah lagi ada pernyataan Majelis Ulama Indonesia bahwa suatu penzoliman jika ada orang berisiko tinggi diberangkatkan haji dan harus berhadapan dengan MERS.

Akibatnya, saat itu seleksi ketat dilakukan terhadap jemaah yang akan berhaji. "Ini memberi sebuah manfaat bermakna (penurunan kematian jemaah risti)," kata dia.

Sementara di tahun 2014 ini, kasus MERS tidak lagi menghantui. Dua pemerintah, yakni Saudi dan Indonesia juga sepakat melindungi jemaah dari MERS dengan memberikan kesadaran berperilaku hidup sehat.

Keinginan berhaji jemaah yang sempat mengurungkan niatnya pun kembali menggeliat, ditambah kebijakan Kementerian Agama RI untuk memberangkatkan jemaah-jemaah di atas usia 70 tahun dengan pertimbangan masa tunggu yang semakin lama.

"Mereka menjadi prioritas tahun ini. Mau tidak mau jemaah berisiko tinggi meningkat sehingga berdampak pada profil kesehatannya dan angka kematian jemaah," kata dia.

Namun, sekali lagi Fidiansyah menegaskan, angka kematian jemaah tahun ini masih lebih rendah dibandingkan tahun 2011 dan 2012. Ketika angka kematian jemaah pada 25 Oktober 2014 tercatat 263, di kurun waktu yang sama tahun 2013 angkanya sebanyak 220, tahun 2012 sebanyak 384 orang, dan tahun 2011 sebanyak 449 orang.

"Jadi kita harus membandingkannya secara komprehensif, tidak bisa hanya 2013. Tetap ini merupakan dampak keberhasilan, angka masih di bawah 2 per mil, dibandingkan 2013 angka ini lebih tinggi karena kelompok risti lebih banyak. Tetapi secara proposional persentase masih di bawah target 2 per mil," katanya.

Sumber: Tribun Kaltim
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas