Manusia Albino di Tanzania Diburu dan Dibunuh Seperti Binatang
Sama seperti hewan, manusia albino di Tanzania diburu, dibunuh, dan dimutilasi untuk diambil bagian tubuhnya.
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sama seperti hewan, manusia albino di Tanzania diburu, dibunuh, dan dimutilasi untuk diambil bagian tubuhnya.
Perbuatan biadab itu terjadi tak lepas dari kepercayaan masyarakat Tanzania, yang meyakini bahwa bagian tubuh dari manusia albino dapat membawa keberuntungan dan kekayaan.
Untuk mendapatkan bagian tubuh manusia albino, mereka bersedia membayar mahal, yaitu berkisar 3 hingga 4 ribu US Dollar atau sekitar 30 hingga 40 juta Rupiah. Sementara untuk tubuh lengkap mereka harus membayar 75 ribu US Dollar atau setara dengan 900 juta Rupiah.
Kasus penyerangan, mutilasi, dan pembunuhan terhadap manusia albino di Tanzania marak terjadi. Sudah 74 manusia albino di Tanzania dibunuh untuk diambil tubuhnya, sementara 59 orang lainnya berhasil selamat dari serangan. Bahkan ketika tubuh mereka sudah masuk ke liang kubur, mereka menjadi sasaran perampok kubur.
Dan angka tersebut, hanyal kasus-kasus yang tercatat.
Kasus terbaru yang menimpa Pendo Emmanuelle Nundi (4), yang diculik dari rumahnya di bulan Desember 2014. Setelah penyelidikan yang dilakukan oleh polisi, ayah dan paman dari Nundi ditangkap atas dugaan terlibat dalam penculikannya. Dan meskipun imbalan ditawarkan dan janji-janji manis dari kepolisian, hingga saat ini Nundi belum ditemukan.
Seorang manusia albino yang berhasil selamat dari penyerangan, bercerita kebrutalan yang dialaminya. Mwigulu Matonange masih berusia 10 tahun ketika ia diserang oleh dua orang saat hendak pulang ke rumah dari sekolah.
Mereka memotong lengan kirinya, sebelum menghilang ke dalam hutan dengan 'buruan' mereka."Saya ditekan seperti kambing akan disembelih," ujarnya, seperti dikutip dari Dailymail, Selasa (27/1/2015).
Kebiadaban terhadap kaum albino di Tanzania memang tidak terperi. Seorang wanita albino di Tanzania, mengaku diserang dan dimutilasi oleh suaminya sendiri, yang notabene pendamping hidupnya sehidup semati. Ia diserang di bulan Februari 2013, oleh suami dan empat orang lainnya ketika tengah pulas tidur.
Menurut seorang aktivis pembela hak-hak kaum albino, Josephat Torner, hal itu juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi. "Sekarang kita lihat ada orangtua yang terlibat dalam perencanaan serangan. Perang apa yang kita lakukan jika orangtua dan keluarga melakukan ini? Siapa yang bisa kita percaya?" tuturnya.
"Anda tidak tahu siapa musuh anda."
Josephat, yang juga mengalami kondisi albino menilai, perdagangan tubuh manusia albino marak di Tanzania, karena orang ingin cepat kaya.
"Orang dengan albinisme yang diburu dan dibunuh untuk diambil bagian tubuhnya. Hal ini karena orang-orang ingin menjadi kaya. Kami masih hidup dalam bahaya. Hal ini karena orang-orang, mereka memiliki ide yang berbeda. Beberapa orang, mereka berpikir mereka harus mendapatkan bagian tubuh kita dan menjual ke tempat yang berbeda. Pertanyaannya adalah, mengapa? Kenapa sekarang? Dan siapa dalangnya? "
Ia menduga, ada orang besar di balik serangan terhadap orang yang memiliki kondisi albino, Orang yang memiliki sumberdaya dan uang yang cukup.