Penjualan Makanan di Jepang Menurun Akibat Kasus Ayam Impor Expired
Asosiasi Pelayanan Makanan Jepang (JFSA), mengumumkan bahwa penjualan makanan di Jepang pertama kali dalam tiga tahun terakhir ini mengalami penurunan
Editor: Dewi Agustina

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Asosiasi Pelayanan Makanan Jepang (JFSA), Senin (26/1/2015) mengumumkan bahwa penjualan makanan di Jepang pertama kali dalam tiga tahun terakhir ini mengalami penurunan 0,2 persen. Penyebabnya paling banyak karena penggunaan ayam impor yang sudah habis masa berlaku (expired) dari Tiongkok yang dilakukan McDonald Jepang menimbulkan masalah ketidakpercayaan besar di Jepang.
Akibat kasus tersebut dan terakhir ditemukan pula banyak barang "aneh" seperti plastik di dalam es krim McDonald, gigi manusia di dalam kentang dan sebagainya, meningkatkan ketidakpercayaan orang Jepang kepada McDonald.
Selain itu juga cuaca yang buruk di Jepang, angin taifun, hujan deras dan sebagainya membuat jumlah konsumen menurun 2,9 persen dibandingkan tahun lalu. Demikian laporan JFSA.
Dalam kategori penjualan makanan cepat saji (fast food) juga menurun, penurunan kedua kali di tahun kedua. Kategori pub restaurant tavern menurun 5 persen. Namun restoran keluarga (family restaurant) tetap kuat meningkat penjualannya 3,2 persen.
Penurunan fast food khususnya untuk "western-style" karena pengaruh McDonald juga menurun 7 persen, termasuk toko-toko hamburger di Jepang ikut menerima imbas karena penurunan penjualan, kena getah McDonald.
Namun penjualan makanan sapi Jepang seperti Yoshinoya, Matsuya, dan semacamnya, meningkat penjualannya 5,4 persen. Sedangkan makanan jenis bakmi Jepang juga meningkat penjualannya 5,6 persen meningkat ketimbang tahun lalu.