2 Orang Pelempar Granat di Pengadilan Thailand Ditangkap
Yuttana Yenpinyo dan Mahahin Khunthong ditangkap dan dikenakan pasal di bawah Undang-undang Militer
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dua orang ditangkap oleh otoritas Thailand usai melemparkan sebuah granat tangan di Pengadilan Pidana pada Sabtu malam.
Yuttana Yenpinyo dan Mahahin Khunthong ditangkap dan dikenakan pasal di bawah Undang-undang Militer. Polisi Thailand tengah menunggu keluarnya surat perintah penangkapan bagi Veerasak Towangchorn, seorang pria yang diduga memberikan granat ke dua orang tersebut, serta dua orang wanita bernama Nattapat Onming dan Thatchapan Pokklong.
Insiden ledakan di gedung pengadilan tersebut merupakan yang kedua kalinya menghantam ibukota Bangkok pascadipecatnya Perdana Menteri Thailand, Yingluck Shinawatra oleh Majelis Legislatif Nasional di bulan Januari. Ia dinyatakan gagal menghentikan korupsi dalam skema beras berjanji.
Ledakan pertama terjadi di tengah-tengah pasar Siam, di stasiun Skytrain, pada awal bulan lalu.
Dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh polisi dan militer, Yuttana mengungkapkan bahwa Nattapat telah menyewa seorang pria bernama 'Big', yang nama aslinya dia tidak tahu, dan Mahahin untuk melemparkan bom ke gedung pengadilan. Namun keduanya hanya mengambil upah mereka namun gagal untuk bertindak.
Yuttana mengatakan ia setuju untuk melakukan serangan tersebut dengan bayaran sebesar 10.000 Bath. Uang itu rencananya akan digunakan untuk biaya persalinan pacarnya.
Nattapat mengatakan dia akan memberinya uang setelah ia menyelesaikan pekerjaannya.
Big lanjutnya memberikannya sebuah benda yang nampak seperti alat peledak buatan dan mengajarkannya bagaimana untuk menggunakannya. Setelah itu ia dan Mahahin melancarkan operasi untuk meledakan kantor pengadilan di Jalan Ratchadaphisek tersebut. Adapun mereka berangkat menggunakan sepeda motor yang dikemudikan oleh Mahahin, sementara Yuttana yang bertugas melemparkan bom.
Yuttana mengaku merupakan anggota kelompok Kaos Merah yang rutin berkomunikasi dengan anggota lainnya menggunakan aplikasi Line. Kelompoknya aku Yuttana berencana membom setidaknya 100 tempat di Thailand dimana sebagian besar berada di kota Bangkok. Akhir-akhir ini mereka intensif membahas rencana serangan tersebut di Line.
Namun rencana tersebut dibantah oleh mantan anggota DPR Thailand dari partai Pheu Thai, Dr Cherdchai Tantisirin. Menurutnya serangan granat yang terjadi di gedung pengadilan tidak terhubung dengan kelompok Kaos Merah. Ia menuding serangan itu dilancarkan oleh kelompok yang tak puas dengan kinerja pemerintah atau terkait isu-isu seperti reformasi agama, ekonomi dan penerapan darurat militer.
Kepala Polisi Metropolitan, Letnan Jenderal Srivara Ransibrahman-akul mengatakan bahwa pihaknya menduga serangan terbaru tersebut bermotif politik. (Asiaone.com)