Pemangkasan Bantuan ke Gaza: Isyarat dari Israel Usai Pelantikan Trump
Isu pemangkasan bantuan pangan ke Gaza muncul di tengah insiden serius. Simak penjelasannya!
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: timtribunsolo
TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Israel di bawah pimpinan Benjamin Netanyahu kembali mengeluarkan sinyal bahwa mereka berencana untuk memotong bantuan pangan yang masuk ke Jalur Gaza.
Isyarat ini muncul setelah seorang sumber politik Israel yang tidak ingin disebutkan namanya memberikan informasi kepada media lokal Channel 12 mengenai potensi pemangkasan jumlah bantuan ke wilayah tersebut.
Apa yang Menyebabkan Pemangkasan Bantuan?
Sumber politik tersebut menyatakan, “Kami meragukan bahwa jumlah bantuan yang saat ini diizinkan masuk ke Gaza akan tetap sama di bawah pemerintahan Trump.” Hal ini menandakan adanya perubahan yang mungkin terjadi setelah pelantikan Presiden terpilih AS, Donald Trump, pada 20 Januari mendatang.
Meskipun tidak dijelaskan secara perinci tentang besaran pemangkasan yang akan dilakukan, laporan dari Channel 12 menegaskan bahwa tingkat bantuan yang saat ini dipertahankan selama pemerintahan Presiden Joe Biden akan mengalami perubahan.
Mengapa Israel Merasa Perlu Memangkas Bantuan?
Pengetatan bantuan ini dilakukan karena Israel mencurigai bahwa bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza telah disalahgunakan oleh Hamas untuk membangun kembali kekuatan mereka.
Sebagai respons, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, baru-baru ini membentuk subkomite untuk membahas langkah-langkah yang diambil untuk menghentikan kekuasaan pemerintahan Hamas di Gaza.
Sejak konflik dimulai, Israel telah memberlakukan pembatasan yang sangat ketat terhadap penyeberangan ke Gaza, termasuk memblokir akses barang-barang penting dan membatasi bantuan kemanusiaan, yang semakin memperburuk situasi di wilayah tersebut.
Apa Dampak dari Penembakan Terhadap Konvoi Bantuan?
Isu pemangkasan bantuan pangan ke Gaza muncul di tengah insiden serius yang melibatkan konvoi bantuan kemanusiaan.
Pada bulan September lalu, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, melaporkan bahwa tank-tank Israel telah menembaki konvoi bantuan yang beroperasi di Gaza utara.
Konvoi tersebut, yang dipimpin oleh WHO, sudah mendapatkan izin untuk melintasi pos pemeriksaan.
Namun, saat mendekati pos tersebut, kendaraan konvoi mengalami serangan, bahkan ada yang ditabrak oleh buldoser.
Serangan tersebut menyebabkan lima karyawan perusahaan transportasi, yang bekerja sama dengan kelompok bantuan berbasis di AS, dilaporkan tewas.
Bagaimana Respon Internasional terhadap Tindakan Israel?
Menanggapi kejahatan perang yang dilaporkan terus dilakukan oleh Israel, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) pada bulan November lalu mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk pimpinan Israel.
Penangkapan ditujukan kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang, pembunuhan, penganiayaan, dan tindakan tidak manusiawi lainnya.
Apa Dampak dari Surat Perintah Penangkapan Ini?
Rilis surat perintah tersebut membuat Netanyahu, Gallant, dan Deif menjadi tersangka yang diburu secara internasional, sehingga pergerakan mereka semakin terbatas.
Hal ini berpotensi membatasi pergerakan Netanyahu, mengingat salah satu dari 124 anggota ICC diharuskan untuk menangkapnya di wilayah mereka.
Selain itu, surat penangkapan ini bisa melemahkan legitimasi kampanye Israel di Gaza dan merusak hubungan antara Tel Aviv dan sekutunya.
Dengan latar belakang yang kompleks ini, situasi di Gaza semakin sulit dan membutuhkan perhatian lebih dari komunitas internasional.
Perubahan kebijakan bantuan pangan yang mungkin dilakukan Israel, serta serangan terhadap konvoi bantuan, menunjukkan tantangan besar yang dihadapi wilayah tersebut di tengah dinamika politik yang terus berubah.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.