Lee Kuan Yew Sangat Penting Bagi Sejarah Singapura di Masa Mendatang.
Lee sangat penting bagi sejarah Singapura di masa mendatang.
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM- Mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew meninggal dunia dalam usia 91 tahun. Lee Kuan Yew menjadi pemimpin Singapura antara tahun 1959 hingga 1990, tetapi tetap menjadi tokoh berpengaruh dan pakar strategi ekonomi negara kota itu.
Perdana Menteri dengan duka yang dalam mengumumkan meningalnya Lee Kuan Yew, Perdana Menteri pendiri Singapura. Lee meninggal di Singapore General Hospital hari ini pukul 03:18 pagi," menurut kantor perdana menteri.
Lee meninggalkan dua putra, Lee Hsien Loong, yang kini menjadi perdana menteri, dan Lee Hsien Yang, serta seorang putri, Lee Wei Ling.
“Harry” Lee Kuan Yew, warga Singapura generasi keempat yang nenek moyangnya dulu pindah dari propinsi Guangdong di Tiongkok pada tahun 1860an, memainkan peran utama dalam memimpin negara pulau itu pasca era penjajahan menuju keberhasilan ekonomi.
Sebagai orang yang selamat dari pendudukan Tentara Kekaisaran Jepang di Singapura, setelah perang berakhir Lee belajar ekonomi di London dan kuliah di Universitas Cambridge sampai mendapat gelar sarjana hukum.
Karir politiknya dimulai tahun 1954 dengan pembentukan Partai Aksi Rakyat PAP yang merupakan koalisi kelompok kelas menengah dan serikat dagang pro-komunis. Tahun 1955 Lee menjadi pemimpin kelompok oposisi di parlemen. Tetapi perpecahan di dalam PAP dengan sayap kiri partai itu mendorong penangkapan tokoh-tokoh pro-komunis tahun 1957.
PAP menang besar dalam pemilu tahun 1959 dan Lee Kuan Yew menjadi perdana menteri pertama Singapura, jabatan yang dipegangnya hingga tahun 1990 sebelum ia diangkat menjadi menteri senior.
Carl Thayer, pakar politik di University of New South Wales di Australia mengatakan Lee sangat penting bagi sejarah Singapura di masa mendatang.
“Kisah tentang Singapura modern ini tidak bisa diceritakan tanpa merujuk pada Lee Kuan Yew. Ia membawa negara itu dari era penjajahan menuju kemerdekaan. Ia menangkis tantangan-tantangan dari kelompok sosialis-kiri dan kemudian mendominasi politik," ujar Thayer.
Lee Kuan Yew pernah menghadapi tantangan sebagai perdana menteri. Rencananya semula adalah membentuk Federasi Malaysia, yang menyatukan Singapura, Malaysia, Sabah dan Sarawak. Tetapi kemudian muncul perbedaan pendapat antara Perdana Menteri Semenanjung Malaysia Tunku Abdul Rahman dan Lee Kuan Yew, terutama setelah kerusuhan rasial antara warga Muslim dan Cina tahun 1964 dan terulang kembali tahun 1965. Pada tanggal 9 Agustus 1965 Tunku Abdul Rahman menyerukan perpisahan.
“Ada beberapa perbedaan di antara pemerintah Malaysia dan pemimpin pemerintah Singapura. Perbedaan-perbedaan ini muncul dalam begitu banyak bentuk dan banyak hal yang tidak mungkin diselesaikan, jadi kami memutuskan untuk berpisah," katanya.
Sejumlah sejarawan mengatakan Lee Kuan Yew menentang sikap Tunku Abdul Rahman yang lebih berpihak pada warga Melayu dibanding etnis Cina. Lee sangat sedih mendengar berita perpisahan ini.
“Sepanjang hidup saya, saya yakin pada persatuan Malaysia dan Singapura. Yang terhubung karena geografi dan ikatan kekerabatan… maaf dapatkah kita berhenti sebentar," ujar Lee Kuan Yew yang tampak emosional saat itu.
Pada usia 42 tahun Lee Kuan Yew menjadi pemimpin tunggal Singapura, bekerja keras mencapai pertumbuhan ekonomi untuk membangun Singapura dan membina kesatuan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.