Lufthansa Ternyata Tahu Pilotnya Depresi Sejak 6 Tahun Silam
Lufthansa mengetahui bahwa, enam tahun lalu, kopilot pesawat penumpang yang jatuh di Pegunungan Alpen, Prancis, pernah dinyatakan depresi serius.
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, BERLIN — Lufthansa mengetahui bahwa, enam tahun lalu, kopilot pesawat penumpang yang jatuh di Pegunungan Alpen, Prancis, pernah dinyatakan menderita depresi serius.
Maskapai itu mengatakan, penyelidikan internalnya telah menemukan sejumlah e-mail yang dikirimkan oleh Andreas Lubitz kepada sekolah penerbang Lufthansa di Bremen ketika ia melanjutkan program pelatihannya setelah berhenti beberapa bulan.
Dalam sejumlah e-mail tersebut, Lubitz menginformasikan kepada sekolah bahwa ia mengalami depresi yang serius, tetapi kemudian membaik.
Pengakuan Lufthansa bahwa maskapai itu memiliki informasi mengenai masalah psikologis Lubitz kembali memicu pertanyaan mengapa ia lolos pada September 2013 sebagai pilot salah satu anak perusahaannya, Germanwings.
Penyelidik mengatakan, Lubitz, 27 tahun, yang pada masa lalu pernah dirawat atas kecenderungan bunuh diri, mengunci pintu kokpit sehingga kapten pesawat yang sedang berada di luar tidak bisa masuk.
Lubitz melakukan hal itu sebelum menjatuhkan Airbus A320 dengan penerbangan 9525 dari Barcelona ke Duesseldorf tersebut di Pegunungan Alpen pada 24 Maret.
Semua orang di dalamnya, yang berjumlah 150 jiwa, tewas seketika.
Sementara itu, Selasa (31/3/2015), harian Jerman, Bild, dan majalah Perancis, Paris Match, mengatakan bahwa reporter mereka telah diperlihatkan video yang menurut mereka diambil oleh seseorang di dalam kabin pesawat yang naas tersebut, sebelum pesawat jatuh.
Kedua media melaporkan, video berasal dari kartu memori yang mungkin berasal dari sebuah ponsel.
Paris Match mengatakan, video tersebut ditemukan "di antara puing-puing pesawat oleh sebuah sumber yang dekat dengan penyelidikan."
Kantor berita Associated Press tidak dapat secara independen mengonfirmasi laporan-laporan tersebut.
Letnan Kolonel Jean-Marc Menichini, pejabat tertinggi dalam penyelidikan, membantah bahwa ada video ponsel yang ditemukan oleh penyelidik di lokasi.
Paris Match melaporkan, "Anda dapat mendengar teriakan 'ya, Tuhan' dalam beberapa bahasa" dan suara gedoran dengan obyek yang terbuat dari logam, yang kemungkinan merupakan suara ketika pilot mencoba membuka pintu kokpit dengan benda berat.
Teriakan semakin keras menjelang akhir video, setelah sebuah guncangan yang kuat.
Bild mengatakan, "walaupun suasana dalam kabin sangat kacau dan videonya penuh guncangan, dan tidak ada seorang pun yang dapat diidentifikasi, akurasi video ini tidak dapat dipertanyakan."
Lufthansa mengatakan pada hari yang sama bahwa maskapai ini telah menyisihkan 300 juta dollar AS untuk menanggung biaya yang muncul akibat jatuhnya pesawat.
Penyelidik Perancis mengatakan, mereka memeriksa "kelemahan sistematis", seperti aturan masuk kokpit dan prosedur pemeriksaan psikologis, isu-isu yang dapat mengubah praktik-praktik penerbangan komersial global.
Tujuan dari penyelidikan oleh badan investigasi dan analisis BEA Perancis adalah menyediakan rekomendasi, tidak hanya bagi pihak berwenang dalam penerbangan Perancis, tetapi di mana pun juga, mengenai hal-hal apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah kejadian serupa. Jaksa penuntut Perancis melakukan penyelidikan terpisah untuk kemudian memproses kasus ini secara hukum.
Rekomendasi dari BEA akan diajukan kepada Badan Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) yang terdiri dari 191 negara, termasuk di antaranya Indonesia. ICAO kemudian akan mengajukan rekomendasi ini kepada negara-negara anggota.