Anggota ISIS Asal Melbourne Ini Ajak Pengikutnya Serang Australia
Seorang warga Melbourne, yang terkait dengan dugaan teror pada Hari Anzac, muncul dalam video propaganda Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS)
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, MELBOURNE - Seorang warga Melbourne, yang terkait dengan dugaan teror pada Hari Anzac, muncul dalam video propaganda Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang menyerukan pengikutnya untuk menyerang Australia.
Neil Prakash, yang kini bernama Abu Khaled al-Kamboja, adalah perekrut ISIS asal Australia yang paling senior.
Ia menggunakan video berdurasi 12 menit itu untuk mengajak orang lain mengenal kelompok ISIS.
"Kami datang untuk mendirikan negara, kami datang untuk memberikan darah kami," katanya.
Video ini dirilis pada Selasa (21/4/2015) malam oleh sayap media ISIS, yang dikenal dengan nama ‘Al Hayat’.
Neil Prakash, yang berdarah Fiji-India dan Kamboja itu, pertama kali muncul dalam sebuah video ISIS pada Juni tahun lalu.
Namun saat itu dia tak ikut berbicara hanya tampak duduk bersama anggota ISIS asal Barat lainnya yang mendorong para pengikut mereka untuk berjihad.
Video itu berakhir dengan foto Neil dan menyatakan bahwa kisahnya akan segera diumumkan.
Dalam video terbaru itu, Neil, yang berusia 23 tahun, menjelaskan perpindahannya dari agama Buddha ke Islam setelah mengunjungi Kamboja dengan keluarganya.
Video ini juga berisi pesan mengerikan bagi para warga Australia, meskipun kemungkinan ini direkam sebelum aksi penumpasan terorisme akhir pekan lalu.
"Saya juga mengirim pesan ke saudara-saudara saya, saudara-saudara yang kukasihi dalam Islam di Australia. Sekarang adalah waktu untuk bangkit, sekarang adalah waktu untuk bangun ... Anda harus mulai menyerang sebelum mereka menyerang Anda," ujarnya dalam video tersebut.
Pakar terorisme, Profesor Greg Barton, mengatakan, video itu mengikuti format yang sama dengan propaganda ISIS lainnya.
"Ini sebagian besar adalah pesan positif yang berubah kelam menjelang akhir dan ini mungkin sangat efektif dalam menjangkau target pasarnya," jelasnya.
"Ia jelas bukan seorang arsitek intelektual atau visioner, tapi saya tak ragu, ia cukup efektif dalam berkomunikasi dengan sebayanya dan orang-orang yang sedikit lebih muda," lanjut Barton.
Neil sangat kritis akan bagaimana kelompok ISIS digambarkan okeh berbagai media Barat.
"Media telah menggambarkan bahwa kami datang ke sini, bahwa kami adalah orang yang terbuang secara sosial, karena kami tak punya siapa-siapa maka kami harus beralih ke Islam, karena kami hanyalah pembuat onar di masa lalu," kemukanya.
"Itu jauh dari kenyataan," tambahnya.
Setelah masuk Islam, Neil menghadiri Pusat Islam Al-Furqan di Melbourne.
Diyakini, ia berangkat ke Timur Tengah pada tahun 2013 dan bergabung dengan ISIS tak lama setelah kedatangannya.
Pusat Islam Al-Furqan juga telah dikaitkan dengan remaja Melbourne, Abdul Numan Haider, yang ditembak mati oleh pasukan anti-terorisme pada bulan September 2014.
Neil berbicara tentang kematian Abdul Haider dalam video itu.
"Saudara saya Numan [Haider], saya mengenalnya secara pribadi. Ketika ia gagal karena pemerintah mengambil paspornya, itu tidak menghentikannya. Lihatlah apa yang ia lakukan wahai saudara-saudaa, ia bergegas menuju [surga]," sebutnya dalam video.
Para petugas anti-teror juga menyelidiki hubungan antara Neil dengan sejumlah remaja Melbourne yang ditangkap atas dugaan terror pada Hari Anzac.
Polisi mengatakan, lima orang yang ditangkap dalam penggerebekan hari Sabtu (18/4) pernah datang ke Pusat Islam Al-Furqan.
Dua remaja berusia 18 tahun, Sevdet Ramadan Besim dan Harun Causevic, telah dituduh melakukan konspirasi untuk melakukan tindakan yang dilakukan dalam persiapan atau perencanaan, aksi terorisme.