Orang Albino di Afrika Dimutilasi untuk Ritual
Kepolisian Malawi saat ini tengah berusaha keras untuk melindungi warga Albino yang terus diburu.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, MALAWI - Kepolisian Malawi saat ini tengah berusaha keras untuk melindungi warga Albino yang terus diburu.
Polisi bahkan memberlakukan perintah tembak ditempat kepada siapapun yang kedapatan tengah menyerang warga Albino.
"Tembak siapapun yang tertangkap basah tengah memburu orang albino," tangas Inspektur Jenderal Kepolisian Malawi, Lexen Kachama sebagaimana dilansir Mail Online, Rabu (22/4/2015).
Tindakan tegas itu dilakukan satu bulan paska terjadinya peristiwa pembunuhan seorang warga Albino di Malawi.
"Kami tidak bisa berdiam diri ketika saudara kami albino dibunuh seperti itu setiap hari" tegasnya.
Dilaporkan, orang Albino ini diburu untuk kemudian bagian tubuhnya digunakan dalam ritual tertentu.
Bahkan, bagian tubuh mereka diperjualbelikan di pasar gelap di kawasan Afrika Timur.
Hal ini memaksa aparat kepolisian dan tentara untuk bekerja keras melindungi warga Albino sekaligus membongkar praktik mengerikan tersebut.
Sementara itu Perdana Menteri Tanzania, Mizengo Pinda pada tahun 2009 lalu bahkan memerintahkan untuk membunuh setiap orang yang kedapatan memiliki bagian tubuh warga Albino.
Tak hanya di Tanzania dan Malawi, di Burundi warga Albino berusia muda yang berasal dari Afrika Timur dilindungi di sebuah tempat permukiman dengan akomodasi khusus. Mereka dilindungi oleh tentara bersenjata lengkap.
Upaya ini semakin ditingkatkan setelah sebuah laporan dari AS mengungkap adanya peningkatan praktik perburuan dan pembunuhan warga Albino.
Dalam laporan itu disebutkan setidaknya ada 15 orang Albino yang sebagian besar merupakan anak-anak, dibunuh dan diculik di Afrika selama enam bulan terakhir.
Diyakini, mereka dibunuh lalu bagian tubuhnya digunakan untuk ritual ilmu hitam yang akan memberikan kesejahteraan dan keberuntungan.
Sementara itu, berdasarkan laporan PBB peristiwa di Afrika Timur ini memang kian memburuk selama beberapa tahun terakhir.
Komisi Tinggi HAM PBB, Zeid Ra'ad Al Hussein meminta agar pemerintahan Afrika benar-benar melakukan investigasi untuk menyelidiki serta menghentikan praktik tersebut.
Terkait hal itu, kelompok pejuang hak asasi yang berbasis di Kanada 'Under The Same Sun' menegaskan bahwa mereka mendesak adanya investigasi mendalam terhadap peristiwa tersebut.
Vicky Ntetema, Direktur Eksekutif 'Under The Same Sun' mengungkapkan bahwa yang selama ini tertangkap merupakan bagian terkecil dari mafia jual beli organ tubuh.
Ia yakin bahwa mafia besarnya selama ini sama sekali belum tersentuh.
"Kami harus bersatu menemukan siapa sebenarnya yang berada di balik semua pembunuhan ini," tandasnya. (*)