Ini Kesaksian Janda Bali Nine Saat Eksekusi, Saat Menyanyikan Bait Kedua Mereka Ditembak
Andrew Chan tidak suka menggunakan kacamatanya dan sering menghindari untuk menggunakannya meski tidak bisa mengenali orang.
Penulis: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM - Andrew Chan tidak suka menggunakan kacamatanya dan sering menghindari untuk menggunakannya meski tidak bisa mengenali orang.
Demikian kata janda Chan, Febyanti Herewila seperti dikutip Sydney Morning Herald di pemakamannya, Jumat (8/5/2015).
Namun, di malam eksekusinya di Pulau Nusakambangan, terpidana mati penyelundupan obat-obat terlarang itu mengenakannya sebagai bentuk pemberontakan, menolak menggunakan penutup mata, dan menyanyikan lagu kudus dan melihat ke arah regu tembak.
“Malam itu, ia memilih mengenakannya karena ia ingin melihat mereka (regu tembak) secara langsung. Ia menyanyikan lagu rohani dan ia mengakhirinya dengan baik,” kata Herewila, yang menikah dengan Chan beberapa hari sebelum eksekusi.
Pada Jumat pagi lebih dari 1500 orang berkumpul di Gereja Hillsong di Baulkham Hills, Sydney, untuk menghadiri pemakaman Chan, satu dari pimpinan gembong narkoba Bali Nine.
Herewila mengataka, delapan terpidana mati menyanyikan lagu “Mighty Save” yang mengantar mereka di akhir kehidupan di depan regu tembak pada 29 April lalu.
Saat suara para terpidana mati itu mulai melemah, Chan yang berpindah agama menjadi Kristen saat di penjara berteriak kencang,” ayolah, kita bisa menyanyikan lebih baik dari ini”.
Mereka kemudian menyanyikan “Amazing Grace”.
“Ketika mereka diikat di tiang, mereka menyanyikan 10.000 Reason, lagu yang kami nyanyikan di hari pertunangan kami, lagu yang kami nyanyikan di hari pernikahan kami,” kata Herewila, yang berprofesi sebagai pendeta.
“Ia menyanyikan lagu itu. Mereka berhasil menyanyikan bait pertama dan ketika memasuki bait kedua, regu tembak kemudian menembaknya,” kata Herewila.