Sanja Matsuri Dulu Jadi Festival Kalangan Yakuza Jepang
Matsuri ini juga terkenal sebagai tempat pesta kalangan mafia Jepang Yakuza yang bermunculan di masa lalu.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Festival (matsuri) Sanja Matsuri salah satu yang terbesar di Jepang. Pengunjung sedikitnya 1,5 juta orang. Tumplek blek di Asakusa Jepang. Sanja Matsuri dimulai Jumat (15/5/2015) pagi hingga sore pukul 18.00 waktu Jepang dilanjutkan besok Sabtu (16/5/2015) dan Minggu (17/5/2015).
Matsuri ini juga terkenal sebagai tempat pesta kalangan mafia Jepang Yakuza yang bermunculan di masa lalu. Dengan pakaian matsuri kaum lelaki serba minim seperti pemain sumo, mereka menampilkan diri di tengah kerumunan orang, bahkan dipanggul naik ke atas arak-arakan seolah ikut menari, memperlihatkan tato (irezumi) nya yang menyelingkupi seluruh badannya.
Namun sejak tahun 2012 kalangan Yakuza secara resmi dilarang ikut serta dalam matsuri tersebut seiring dengan revisi UU Anti Yakuza yang diterbitkan Oktober 2011. Bahkan sejak tahun 2013 untuk pertama kali sejak 30 hingga 40 tahun lalu, siapa pun dilarang naik ke bagian mikoshi atau kuil mini yang ditandu, dipanggul bersama-sama, dipercaya berisi roh-roh dewa Shinto.
Festival ini muncul sejak jaman Edo (1603-1868) dan semakin lama semakin ramai karena semakin banyak yang percaya kalau ikut festival ini rezeki kita juga akan semakin besar.
Pada awalnya, sekitar 300 tahun lalu, dua adik kakak penangkap ikan Jepang bernama Hamanari Hinokuma dan Takenari Hinokuma menemukan secara tak sengaja sebuah patung dewi kecil (Kannon) dari Dewi Pemaaf (Godess of Mercy) yang terjaring di jala mereka di tengah Sungai Sumida tanggal 17 Mei saat itu. Itulah sebabnya Sanja Matsuri diadakan sekitar tanggal 17 Mei setiap tahun.
Seorang tuan tanah Hajinomatsuchi mendengar penemuan tersebut lalu mendekati kedua kakak beradik itu. Lalu sang tuan tanah malah menyembah patung dewi tersebut. Gara-gara itu kedua kakak beradik beralih kepercayaannya menjadi beragama Buddha.
Kuil Sensouji dengan lingkungannya daerah Asakusa menjadi semakin ramai dengan perubahan mendadak itu akibat pemunculan patung Dewi Pemaaf yang ditemukan kedua kakak beradik tersebut.
Mereka bertiga Hajinomatsuti, Hamanari, dan Takenari akhirnya dikenal masyarakat Asakusa sebagai pendiri Asakusa dan bahkan ketiganya dianggap sebagai dewa Asakusa.
Pada saat zaman Kamakura (1185–1333) kuil di Asakusa dibangun yang kemudian diramaikan dengan Sanja Matsuri tersebut (mulai 1312) hingga kini. Dulunya nama Sanja Matsuri masih menggunakan nama Jinja Reitaisai.
Di tempat yang sama sebenarnya sejak tahun 628 sudah ada kuil besar yang kini bernama kuil Sensoji, menjadi pusat perhatian kalangan wisatawan yang pergi ke Asakusa.
Perayaan Sanja Matsuri zaman dulu berbeda dari perayaan zaman sekarang. Pada zaman dulu, matsuri diramaikan oleh kendaraan beroda yang disebut dashi milik 18 komunitas umat (ujiko). Perayaan masa kini berintikan pada mikoshi yang diusung ke sana ke mari. Saat ini sedikitnya 44 komunitas umat sekitarnya bergabung untuk memeriahkan matsuri tersebut.
“Menaiki mikoshi sebenarnya sangat sakral, di waktu lalu diperkenankan tetapi akhirnya disalahgunakan oleh yakuza sebagai tempat promosi mereka," kata Koji Yano (41), seorang pendeta Shinto senior di kuil Asakusa.
Oleh karena itulah kini hal tersebut dilarang, tak ada yang boleh naik ke tempat mikoshi tersebut.
Info lengkap Yakuza silakan baca di www.yakuza.in