James Riady Gandeng Konglomerat Myanmar Kibarkan Bendera RS Siloam di Yangon
Siloam menaikan gaji dokter berkali-kali lipat agar para dokter fokus melayani pasien
Penulis: Dahlan Dahi
"Siloam membawa standar rumah sakit berkelas internasional ke Myanmar," sekali lagi Serge Pun memuji Lippo Group, disambut tepuk tangan.
Myanmar masih terbelakang dalam hal fasilitas kesehatan.
Warga kelas atas memilih terbang ke negara tetangga seperti Kamboja, Tiongkok, atau bahkan ke Singapura dan Malaysia untuk berobat.
Rumah sakit pemerintah, General Hospital Yangon, sangat jauh dari standar yang nyaman.
Pasien --yang kebanyakan bersarung-- berikut keluarganya memenuhi lorong-lorong rumah sakit, menggelar tikar, sambil makan nasi rantangan. Sebagian dari mereka mengunyah sirih.
Dalam sambutan balasannya, James Riady memuji Serge Pun sebagai pengusaha sukses di Myanmar.
Bersama Serge, Lippo Group ingin mewujudkan visi melakukan transformasi manusia melalui pembangunan fasilitas kesehatan.
"Kerja sama ini didorong oleh jiwa kebersamaan Asia," komentar James Riady, tokoh di balik usaha konglomerasi Lippo mulai dari jaringan retail (Matahari dan Hypermart), properti, bank, rumah sakit, sekolah dan universitas, hingga media massa.
"Myanmar adalah adik Indonesia. Indonesia saudara tua ASEAN," kata James Riady tentang alasan Lippo Group mengembangkan sayap ke pasar ASEAN.
Dalam tiga sampai lima tahun ke depan, katanya, Siloam akan membangun 12-15 rumah sakit di Myanmar, tujuh di antaranya di Yangon.
James Riady juga menjelaskan, Siloam pada waktu yang bersamaan sedang merintis pembangunan rumah sakit di Vietnam, Kamboja, dan Nepal.
"Nepal sedang tumbuh. Banyak mahasiswa dari Nepal yang belajar di Universitas Pelita Harapan (UPH milik Lippo). Para pengusaha Nepal juga datang belajar ke Indonesia," kata James.
"Kami juga sedang menjajaki Srilanka. Kami akan masuk ke sana 2-3 tahun ke depan," tambahnya.