Kisah Safeena Sekolahkan 80 Ribu Gadis Kawasan Miskin India
Tradisi kolot yang sudah menahun coba diubah Safeena. Bersama Educate Girls, ia berhasil menyekolahkan 80 ribu perempuan India.
Editor: Y Gustaman
TRIBUNNEWS.COM, INDIA - Saat melancong ke India utara 15 tahun lalu, Safeena Husain dan ayahnya bertemu sekelompok perempuan yang menanyai sang bapak mengenai jumlah anaknya. Ketika jawabannya hanya satu, “mereka mulai memukuli dada, meraung, menangis,” kenang Safeena. “Mereka bilang, ‘Mengapa Tuhan kutuk pria ini?’” Namun, ayah Safeena berkata, “Ini putra sekaligus putri saya. (Dia) segalanya bagi saya.”
Pertemuan itu membuat Safeena—lahir dan besar di India, namun ketika itu bekerja pada program kesehatan internasional di Amerika Serikat—menyadari ia “dianggap tidak ada oleh para perempuan itu. Waktu itu saya berpikir, ‘Saya akan melenggang pergi—tetapi, bagaimana nasib para gadis di desa itu, yang merasa dirinya beban belaka?’”
Safeena tahu pandangan semacam itu tidak hanya terdapat di lingkungan pedalaman India. Ia mengingat masa lalunya, saat masih tinggal di New Delhi, karib keluarga berkata kepada ayahnya: pendidikan bagi Safeena akan mubazir. Pasalnya, ia “hanya seorang anak perempuan.”
Sejak 2007, Safeena telah berupaya mengubah sikap demikian—serta meningkatkan prospek perempuan untuk bersekolah. Lembaga nirlaba yang ia dirikan saat itu, Educate Girls, berhasil menyekolahkan 80 ribu gadis yang tinggal di kawasan miskin dan terpencil. Angka bertahan murid-murid—berkebalikan dari angka putus sekolah—hingga kelas delapan mencapai 95 persen, ujar Safeena.
Dalam beberapa tahun belakangan, India telah berupaya meningkatkan akses perempuan ke sekolah serta menerapkan undang-undang yang menjamin anak-anak berusia 6-14 tahun untuk menikmati “wajib belajar secara gratis”. Namun, sekitar 5,9 juta remaja perempuan tidak merasakan bangku sekolah, demikian Unicef. Alasannya beragam, mulai dari anak-anak yang harus bekerja, ketiadaan fasilitas untuk anak perempuan, sampai pernikahan dini.''
Sekolah Educate Girls di distrik Pali, negara bagian Rajasthan, India, 2013. Charlotte Anderson/Educate Girls
Safeena (43) serta tim pada awalnya menetapkan kawasan yang dianggap memiliki kesenjangan tinggi dalam hal peluang belajar bagi laki-laki dan perempuan. Tim tersebut mengumpulkan sukarelawan yang pergi dari satu rumah ke rumah lain di 1.067 desa negara bagian Rajasthan untuk mengetahui alasan para remaja putri tidak bersekolah.
Bekerja sama dengan para pemimpin desa, orang tua, serta sekolah, Safeena dan tim menyiapkan rencana pendaftaran, menyiasati ganjalan budaya, serta mencari jalan untuk memperbaiki kualitas sekolah. Dalam tujuh tahun, kesenjangan antara lelaki dan perempuan saat mendaftar turun dari 19 persen menjadi 5 persen.
Kini, dengan dukungan dari yayasan serta korporasi seperti Cartier, Vodaphone, dan Deutsche Bank, Educate Girls mengerahkan 4.600 sukarelawan di lima distrik India yang berisi ribuan penduduk. Mereka pun bekerja sama dengan 7.500 sekolah.
Dalam kebanyakan kasus, para gadis yang berhasil mereka sekolahkan adalah yang pertama dalam keluarga yang mengenyam bangku sekolah. Tidak menyekolahkan anak-anak itu adalah “kebiasaan yang dipelajari,” ujar Safeena. “Rantainya harus kita putus.” (The Wall Street Journal Indonesia)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.