Australia Tuding Dua Pilot Indonesia Gabung ISIS Ancam Keamanan Penerbangan
Pihak berwenang Australia meyakini dua pilot Indonesia berpotensi menjadi ancaman keamanan penerbangan karena diduga bergabung dengan ISIS.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Samuel Febriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pihak berwenang Australia meyakini dua pilot Indonesia berpotensi menjadi ancaman keamanan penerbangan setelah diduga terkontaminasi kelompok radikal Negara Islam Suriah dan Irak (ISIS).
Hal itu terungkap dalam dokumen intelijen yang dipublikasikan oleh situs, The Intercept.
Laporan Operasional Intelijen Polisi Federal Australia tersebut menyebutkan kedua pilot diduga karyawan maskapai AirAsia dan Premiair, dan indikasi bahwa mereka menganut faham radikalisme diketahui beradasarkan aktifitas halaman Facebook mereka.
Di sana mereka mengunggah pernyataan yang dapat disimpulkan sebagai dukungan untuk kelompok ISIS.
"Setelah meninjau isi kedua akun tersebut, kemungkinan mereka dipengaruhi unsur-unsur radikal setidaknya dari lingkungan dunia maya dan sebagai hasilnya dapat menimbulkan ancaman bagi keamanan," seperti dikutip dari laporan tersebut.
Kepolisian Federal Australia dalam sebuah pernyataan menolak untuk mengomentari informasi laporan berjudul "Identifikasi Pilot Indonesia dengan Kemungkinan Pendekatan ekstrimis" dan tanggal 18 Maret tahun ini, adalah asli.
"Polisi Federal Australia mempertahankan hubungan yang kuat dengan mitra dalam negeri dan mitra penegak hukum luar negeri untuk menjamin keamanan Australia baik di dalam maupun luar negeri."
Disebutkan dalam laporan, terduga pilot Airasia tersebut lulus, dan berdasarkan dokumen, ia menerbangkan pesawat komersil rute internasional termasuk ke Hong Kong dan Singapura.
Di bulan September, ia mengunggah materi di mana menunjukan dukungan terhadap ISIS. Dalam beberapa waktu terakhir ia mulai berinteraksi dengan pilot kedua yang diduga mantan anggota angkatan laut Indonesia, dan diduga bekerja untuk maskapai penerbangan komersil, Premiair di dunia maya.
Pilot kedua menerbangkan pesawat dengan rute Australia, Eropa, Timur Tengah, dan Amerika Serikat. Laporan intelijen menyebutkan bahwa ia melakukan repost artikel radikalisme terkait.
"Keduanya tampaknya dipengaruhi oleh elemen pro-ISIS termasuk propaganda online melalui outlet radikan terkenal Indonesia yang kemungkinan berada di Suriah atau Irak," seperti dikutip dari laporan yang diterbitkan oleh the Intercept.
The Intercept mengatakan laporan itu didistribusikan kepada lembaga penegak hukum di Turki, Yordania, Inggris, Eropa dan Amerika Serikat.
Kantor berita AFP tengah berupaya mencari komentar dari dua perusahaan maskapai penerbangan yang berbasis di Malaysia tersebut terkait informasi tersebut. (Asiaone.com)