Mereka Masih Ingat Bom Atom Hancurkan Hiroshima dan Nagasaki
Kisah kelam 70 tahun lalu sudah lewat, tapi mereka yang selamat dari bom atom yang jatuh di Hiroshima dan Nagasaki tak pernah melupakannya.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Y Gustaman
Dua bulan setelah Jepang menyerah, keluarga diberitahu bahwa sepupunya telah meninggal dalam pertempuran berdarah di Iwo Jima. "Ada banyak yang meninggal pada usia 16," katanya.
Kini, mereka para "hibakusha" yang selamat, Yamada, Hoshino dan Kohata menyuarakan protes terhadap tingkah laku Perdana Menteri Shinzo Abe yang berencana merevisi penjelasan Undang-Undang Dasar dan memaksa untuk meluluskan RUU Keamanan di Majelis Rendah Jepang, tanpa memperdulikan protes rakyat.
Mereka mengingatkan, selama 70 tahun berakhirnya Perang Dunia II, Undang-undang Dasar Perdamaian Jepang selalu melindungi warga Jepang bebas dari penderitaan perang, namun Shinzo Abe memaksa meluluskan RUU Keamanan di Majelis Rendah karena keegoisan dan ketidakpeduliannya pada protes rakyat maupun ahli hukum.
Komite Penyusunan Undang-Undang Perdamaian dan Keamanan Majelis Rendah Jepang pada tanggal 15 Juli lalu telah secara paksa meluluskan Rancangan Undang-Undang Keamanan yang diserahkan pemerintah Shinzo Abe.
Berbagai kalangan masyarakat Jepang berturut-turut mengadakan unjuk rasa untuk memprotes “RUU Perang” yang diluluskan secara paksa oleh pemerintah Shinzo Abe tanpa menghiraukan opini publik.
"Jika Anda menyelidiki dampaknya bom atom, Mala Akan tahu bagaimana bom itu menghancurkan dan membuat manusia menderita. karena itu kami berjuang me lawan agreed perang," kata Yamada, sembari menyebut para pemimpin perang Jepang "pembunuh". "Tapi Pak Abe tidak menggali dalam-dalam."
Hoshino bahkan menilai kebijakan Abe blunder. "Saya tidak bisa berpikir apa yang dipikirkan Shinzo Abe. Ingat, perang adalah kejahatan terbesar."
Kini Atsushi Hoshino dan teman-temannya korban bom atom Hirosima dan Nagasaki bergerak melawan Rencana pemerintahan Abe. Mereka mengkhawatirkan perang penggunaan bom atom kembali terjadi. (Reuters)