Suhu Politik Malaysia Kian Memanas, Ratusan Ribu Warga Siap Turun ke Jalan
Pihak kepolisian Malaysia bersiap memblokir sejumlah wilayah di ibukota Malaysia, Kuala Lumpur, pada akhir pekan nanti.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, KUALA LUMPUR - Pihak kepolisian Malaysia bersiap memblokir sejumlah wilayah di ibukota Malaysia, Kuala Lumpur, pada akhir pekan nanti.
Sebab, ribuan pengunjuk rasa akan berkumpul di kota tersebut untuk menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Najib Razak.
Koalisi untuk Pemilu Bersih dan Adil atau Bersih, memprediksi, aksi ini akan diikuti oleh 200.000 orang. Ini merupakan aksi protes ketiga sejak Najib memimpin Malaysia pada 2009.
Terkait hal tersebut, pihak kepolisian menegaskan bahwa aksi tersebut ilegal. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, kepolisian Malaysia mengerahkan sekitar 4.000 anak buahnya.
Dalam dua bulan terakhir, Malaysia memang menghadapi guncangan politik besar setelah sebuah laporan menyebut PM Najib menerima uang miliaran ringgit di akun pribadinya pada 2013 lalu. Dia juga melakukan perombakan menteri di kabinet dengan tujuan mengganti orang-orang yang dianggap mengganggu pemerintahannya.
Saat ini, Najib harus menghadapi aksi protes besar-besaran akibat ketidakpuasan publik atas kepemimpinannya. Ditambah lagi, perekonomian Malaysia juga melambat.
"Ini akan menjadi aksi protes besar. Kepolisian akan memblokir jaringan telepon dan membuat kami sulit melakukan aksi unjuk rasa. Padahal, ini adalah hak kami. Kami ingin mengatakan tidak untuk Najib," jelas David Lee, mahasiswa berusia 23 tahun.
Menurut ekonom Bank of America Merrill Lynch di Singapura, ada kecemasan besar atas kondisi Malaysia saat ini. "Aksi protes yang dilatarbelakangi politik dapat mengalihkan perhatian pemerintah Malaysia dalam menangani krisis ekonomi di negara tersebut. Ada rasa khawatir, aksi protes dapat membesar menjadi aksi kekerasan," paparnya.
Pihak kepolisian Malaysia sudah melakukan berbagai cara untuk menghentikan aksi demonstrasi ini. Kondisi itu membuat gerakan Bersih melakukan terobosan-terobosan lain dalam berkomunikasi. Misalnya, dengan menggunakan media sosial dan leaflet dalam mengorganisasi aksi unjuk rasa, yang juga akan melibatkan sejumlah kota seperti Kuching dan Kota Kinabalu untuk kali pertama.
Lebih dari 29.000 orang sudah mengunduh aplikasi pesan FireChat, yang populer pada aksi protes di Hong Kong tahun lalu. Aplikasi ini memungkinkan mereka untuk tetap terhubung jika jaringan telekomunikasi diblokir.
Pada Jumat (28/8), situs organisasi unjuk rasa offline sehingga tidak dapat diakses.
Sumber: Bloomberg