Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pemenang Fukuoka Prize Mengaku Terpengaruh Profesor Sartono Kartodirdjo

Pemenang kategori akademisi pada Fukuoka Prize 2015, Ramachandra Guha, terpengaruh pola pikirnya oleh ahli sejarah Indonesia, Prof Dr Aloysius Sartono

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Pemenang Fukuoka Prize Mengaku Terpengaruh Profesor Sartono Kartodirdjo
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
DR Ramachandra Guha, doktor India yang mendapat hadiah 3 juta kategori akademisi dari Fukuoka Prize, Kamis (17/9/2015). 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Pemenang kategori akademisi pada Fukuoka Prize 2015, Ramachandra Guha, terpengaruh pola pikirnya oleh ahli sejarah Indonesia, Prof Dr Aloysius Sartono Kartodirdjo yang meninggal dunia tahun 2007 dalam usia 86 tahun.

"Saya mengakui pola pikir saya banyak terpengaruh pola pikir yang dilakukan Prof Dr Aloysius Sartono Kartodirdjo, yang sangat mirip dengan pola pikir yang saya lakukan mengenai sistem demokrasi dan multi dimensi kekacauan politik dewasa ini," kata Ramachandra Guha, doktor India lulusan Delhi University 1977 khusus kepada Tribunnews.com, Kamis (17/9/2015).

Guha mendapat hadiah 3 juta yen kategori akademisi dari Fukuoka Prize. Menurutnya Sartono adalah sosiolog dan sejarawan yang luar biasa. Pola pikirnya terutama mengenai Ratu Adil sangat mirip dengan ide-idenya sehingga setelah membaca buku Sartono, Guha mengakui banyak terpengaruh oleh Sartono.

"Sejarawan itu melihat masa lalu tetapi tidak menganalisa. Sebagai sosiolog Sartono hebat sekali berhasil meramu dengan baik masa lalu dan sejarahnya yang ada, serta menganalisanya dengan baik. Konsep Ratu Adil itu juga sama seperti yang ada di Indonesia, di mana Raja sangat baik tetapi sayang sekali dikelilingi menteri yang melakukan korupsi," katanya.

Dengan konsep atau pola pikir tersebut, Guha berusaha menganalisa lebih lanjut dari masa lalu yang ada dan membuat kesimpulan apa yang akan terjadi nantinya dengan melihat demokrasi yang ada saat ini, terkait pula dengan multi dimensi yang ada di dunia dengan pengaruh di sana sini.

"Saya belum pernah bertemu dan tak kenal. Hanya baca buku-buku Sartono saja yang luar biasa hebat dan bagus. Seandainya masih hidup saya ingin sekali bertemu dengannya," kata Guha.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas