Impor Pembantu ke Jepang Diharapkan Tidak Dilakukan
Kalau impor cheap labor ke Jepang sebaiknya tidak dilakukan.
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kekurangan manusia di Jepang memunculkan wahana diskusi di banyak forum mengenai impor pembantu ke Jepang.
Namun banyak yang menentangnya karena merupakan pekerja kasar saja yang bisa dipenuhi dari dalam negeri Jepang. Kalau mau impor tenaga ya tenaga spesialis yang memberikan nilai tambah kepada Jepang.
"Kalau impor cheap labor ke Jepang sebaiknya tidak dilakukan. Sebaiknya pemerintah Jepang memikirkan untuk menarik pekerja spesialis saja dari luar negeri, bukan pekerja kasar seperti pembantu," papar Yoshihiko Miyauchi, Senior Chairman Orix Corporation, menanggapi pertanyaan Tribunnews.com di Klub Wartawan Asing Jepang di Tokyo siang ini (6/10/2015).
Miyauchi berharap pemerintah Jepang dapat membentuk sistem yang lebih baik lagi dalam mendatangkan tenaga kerja spesialis ke dalam Jepang.
"Kalau spesialis itu bisa bekerja di Jepang, dibatasi, misal 3 tahun, mungkin bisa diperpanjang, lalu pada waktunya bisa mendapatkan permanent resident dan sebagainya. Jadi persiapan harus detil," jelasnya lagi.
Selain itu Miyauchi juga mengingatkan pengalaman Eropa dalam menerima banyak tenaga kerja asing sehingga agak kewalahan saat ini.
"Melihat pengalaman negara-negara di Eropa yang kini mungkin agak kewalahan menghadapi para pendatang, Jepang juga harus bisa banyak belajar dari pengalaman Eropa tersebut supaya di masa depan tidak timbul banyak masalah sosial di Jepang," lanjutnya.
Oleh karena itu pemikiran mendalam dan terinci harus bisa dibuat Jepang di dalam kerangka Abenomics dewasa ini agar hanya tenaga yang spesialis saja diterima Jepang dan bukan tenaga kasar atau pembantu yang diterimanya di masa depan.