Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pembantaian Nanking Justru Hanya 4 Huruf China Saja Pada Buku Mao Zedong

Empat kata bahasa China itu tertulis Pembantaian Nanking.

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Pembantaian Nanking Justru Hanya 4 Huruf China Saja Pada Buku Mao Zedong
Foto TV Asahi
Homare Endo (74), peneliti senior dan Kepala Pusat Pertukaran Budaya Internasional Universitas Kesejahteraan Tokyo 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Pembantaian Nanking (Rape of Nanking) yang sering diributkan kalangan internasional, ternyata di buku Catatan Riwayat Mao Zedong yang dibuat oleh Mao Zedong, pemimpin China sendiri, setebal 7000 halaman, ternyata hanya tertulis empat kata bahasa China dan itu saja yang tertulis di dalam buku tersebut.

Empat kata bahasa China itu tertulis Pembantaian Nanking.

"Dari 7000 halaman buku catatan riwayat hidup Mao Zedong yang dibuatnya sendiri, dalam bahasa China, di dalam buku itu hanya ada empat kata huruf bahasa China yang menuliskan Pembantaian China. Hanya di muat di satu halaman saja. Tak ada dan tak tertulis lagi di halaman lainnya," papar Homare Endo (74), peneliti senior dan Kepala Pusat Pertukaran Budaya Internasional Universitas Kesejahteraan Tokyo dalam acara Wide Scramble TV Asahi siang ini (22/1/2015).

Pembantaian Nanking sebenarnya bukan kepada Tentara Nasional China tetapi kepada gerilyawan yang ada di Nanking saat itu. Gerilyawan itu pun sebenarnya ingin diberantas atau dibunuh oleh Tentara Nasional China.

"Setelah ada pembunuhan para gerilyawan lokal China di Nanking oleh tentara Jepang, barulah tentara nasional Jepang masuk ke Nanking dari tempat yang jaraknya sekitar 1200 kilometer dari propinsi Yanan jadi jauh sekali. Tentara China yang juga bertempur melawan gerilyawan lokal China itu pun jelas terbantu dengan dibunuhi oleh tentara Jepang. Jadi sebenarnya China justru harus berterima kasih kepada tentara Jepang saat itu karena ikut mengurangi jumlah gerilyawan China yang jadi musuh tentara nasional China saat kejadian 13 Desember 1937 itu," papar Endo lagi.

Status resmi pemerintahan Jepang saat ini memang mengakui adanya pembunuhan di Nanking tersebut, "Tetapi jumlah yang diumumkan China sebanyak 300.000 orang dibunuh itu sangat keterlalu sekali banyaknya, tidak mungkin jumlah sedemikian besar itu," papar seorang pejabat Jepang khusus kepada Tribunnews.com siang ini (22/10/2015).

Berita Rekomendasi

Secara resmi oleh China, bahkan dibuatkan patung dan museum pembantaian Nanking di China, tertulis terbunuh 300.000 orang China telah dibunuh dan diperkosa tentara Jepang. Hal ini sangatlah disayangkan Jepang karena tak ada bukti sama sekali mengenai jumlah tersebut.

Endo warga Jepang kelahiran provinsi Changchun China, ahli China ini, mengakui banyak pemalsuan dilakukan terhadap angka 300.000 ribu jiwa yang meninggal tersebut sehingga membingungkan masyarakat internasional pula.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas